Depok (ANTARA) - Ahli dari Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI) Budi Heru Santosa menyatakan penanganan manajemen risiko banjir perlu melibatkan ketangguhan masyarakat.

"Fenomena urbanisasi dan pertumbuhan jumlah penduduk mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan yang berdampak pada peningkatan tekanan terhadap lingkungan dan kerentanan terhadap banjir. Ketika terjadi banjir, diperlukan ketangguhan masyarakat untuk menghadapinya," kata Budi Heru dalam disertasinya berjudul "Model Manajemen Risiko Banjir Berbasis Ketangguhan Masyarakat (Sebuah Studi di Kecamatan Periuk, Kota Tangerang)" di Kampus UI di Depok, Senin.

Penelitiannya menggambarkan rancangan manajemen risiko banjir yang memperhatikan aspek peningkatan kerentanan wilayah, ketangguhan masyarakat terhadap banjir, dan kompleksitas peran pemangku kepentingan.

Baca juga: BNPB: Intelektual berperan bangun ketangguhan warga hadapi bencana

"Penelitian ini menggunakan metode campuran, yaitu gabungan antara metode kuantitatif dan metode kualitatif yang disesuaikan dengan tujuan khusus yang akan dicapai," ujar Budi yang memperoleh IPK 4 tersebut.

Budi menjelaskan bahwa proses urbanisasi dan pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Tangerang berkaitan erat dengan pertumbuhan infrastruktur perkotaan. Dengan adanya sarana dan prasarana tersebut, diharapkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana dapat ditingkatkan, termasuk ancaman banjir.

"Dalam konteks pengurangan risiko banjir, tingkat urbanisasi Kota Tangerang yang semakin tinggi mengakibatkan peningkatan masalah banjir, yang mana penyediaan sarana dan prasarana untuk mencegah banjir tidak dapat mengikuti pertumbuhan masalah tersebut," katanya.

Budi menemukan bahwa banyak studi menggunakan metode geospasial, tetapi hanya menggunakan satu set data, sehingga hasil analisis hanya mewakili satu kondisi fisik tertentu.

Baca juga: Akademisi UI: Pepohonan sangat penting mengurangi emisi CO2

Baca juga: BEM Vokasi UI tanam 3.500 bibit bakau di Indramayu

Pada penelitian ini evaluasi dan prediksi kerentanan banjir dilakukan berdasarkan data tutupan lahan secara time-series dan data curah hujan pada berbagai periode ulang, sehingga dapat digunakan untuk perencanaan secara lebih akurat.

"Penelitian ini membuktikan kebenaran hipotesis bahwa terdapat korelasi yang erat antara perubahan tutupan lahan dengan kerentanan fisik wilayah terhadap banjir," ujar Budi.

Penelitian mengenai manajemen risiko banjir telah banyak dilakukan sebelumnya. Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Budi terdapat kebaruan yang terletak pada penerapan pendekatan interdisiplin dalam perancangan manajemen risiko banjir yang memperhatikan aspek spasial kerentanan fisik wilayah DAS terhadap banjir, ketangguhan masyarakat, dan kompleksitas peran pemangku kepentingan berdasarkan prinsip-prinsip partisipasi dan kolaborasi.

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022