"Kami tetap optimistis kerja sama regional dan tekad yang kuat akan membawa kami melewati ketidakpastian," demikian disampaikan Ketua Dewan Penasihat Bisnis APEC 2022 Kriengkrai Thiennukul pada upacara penutupan.
Pada pertemuan dua hari tersebut, berbagai topik, termasuk prospek ekonomi dan perdagangan, ketahanan pangan dan energi, transformasi digital, serta kesetaraan gender, dibahas melalui kolaborasi dan pertukaran pendapat di antara para pemimpin ekonomi APEC, tokoh pemikir, dan eksekutif puncak.
Presiden Filipina Ferdinand Romualdez Marcos mengatakan bahwa ketahanan pangan, kesehatan, dan perubahan iklim mewakili tiga tantangan paling penting yang tengah dihadapi dunia.
Ketangguhan, keberlanjutan, dan ketangkasan sangat penting untuk pertumbuhan di masa depan, kata Robert E. Moritz, pimpinan global PricewaterhouseCoopers (PwC).
Presiden Chile Gabriel Boric mengatakan bahwa reformasi sosial diperlukan untuk mengatasi ketidaksetaraan serta mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif.
Dina Ercilia Boluarte Zegarra, wakil presiden pertama Peru, menyebut tiga dimensi pembangunan berkelanjutan, yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan. Menurut Zegarra, tantangannya adalah untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan masa depan.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan bahwa pertumbuhan harus bersifat inklusif dan tidak mengabaikan kelompok yang kurang beruntung.
Krishna Srinivasan, Direktur Departemen Asia dan Pasifik Dana Moneter Internasional (IMF), memperingatkan bahwa proteksionisme dan fragmentasi akan berdampak sangat besar pada perekonomian global.
KTT CEO APEC, yang merupakan bagian dari pertemuan tahunan APEC, pada tahun ini diselenggarakan dengan mengusung tema "Embrace, Engage, Enable".
Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022