Semua negara harus mengganti perpecahan dengan persatuan, konfrontasi dengan kerja sama, dan eksklusi dengan inklusivitas

Beijing (ANTARA) - Saat dunia dihadapkan pada banyak tantangan, China berkomitmen untuk mendorong perdamaian dan pembangunan serta membangun komunitas manusia dengan masa depan bersama.

Pesan ini disampaikan kepada dunia ketika Partai Komunis China (Communist Party of China/CPC) menggelar Kongres Nasional ke-20 pada Oktober lalu. Komitmen tersebut ditegaskan kembali pekan ini oleh Presiden China Xi Jinping di dua platform penting yang dihadiri pemimpin dari seluruh dunia.

Lawatan ini menjadi perjalanan luar negeri pertama Xi setelah berakhirnya kongres Partai pada bulan lalu. Xi menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelompok 20 (G20) ke-17 di Indonesia dan saat ini sedang berada di Thailand untuk menghadiri Pertemuan Pemimpin Ekonomi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC) ke-29.

Presiden Xi menyerukan penguatan solidaritas dan kerja sama untuk bersama-sama mendorong pembangunan global, yang menunjukkan rasa tanggung jawab China sebagai sebuah negara besar di dunia.

"Semua negara harus mengganti perpecahan dengan persatuan, konfrontasi dengan kerja sama, dan eksklusi dengan inklusivitas," ujar Xi.

Semua negara harus bergandengan tangan untuk menjawab pertanyaan zaman, "apa yang salah dengan dunia ini, apa yang harus kita lakukan," kata Xi.

FOKUS PADA PEMBANGUNAN

Dunia menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi berkepanjangan, ekonomi yang rapuh, ketegangan geopolitik, serta krisis pangan dan energi. Dana Moneter Internasional (IMF) telah menurunkan prediksinya untuk pertumbuhan global pada 2023 ke angka 2,7 persen.

Xi mengatakan "sangatlah penting" untuk menempatkan pembangunan di pusat agenda internasional.

Meningkatkan pembangunan menjadi misi G20 karena kelompok ini terdiri dari emerging economies dan perekonomian-perekonomian industri utama dunia serta mewakili lebih dari 80 persen dari produk domestik bruto (PDB) dunia.

Xi menyebutkan "pembangunan" dan "kerja sama" berulang kali dalam pidatonya yang disampaikan pada sesi pertama KTT G20, saat dia menyerukan pembangunan global agar "lebih inklusif", "bermanfaat bagi semua", dan "lebih tangguh".

Kata-kata kunci tersebut merujuk ke sejumlah masalah menonjol dan harus segera dihadapi yang dihadapi pembangunan global. Xi mengidentifikasi ketahanan pangan dan energi sebagai tantangan paling mendesak dalam pembangunan global, dan menyoroti perdagangan global, ekonomi digital, transisi hijau, dan pemberantasan korupsi sebagai faktor kunci yang mendorong pembangunan global.

Para pengamat mengatakan bahwa berfokus ke pembangunan sejalan dengan apa yang ditekankan Xi selama bertahun-tahun. Ketika China menjadi tuan rumah KTT G20 pada 2016, pembangunan dijadikan prioritas dalam agenda kebijakan makro global.

Tahun lalu, Xi mengusulkan Inisiatif Pembangunan Global (Global Development Initiative/GDI) untuk mengatasi pandemi COVID-19 yang terjadi bersamaan dengan perubahan-perubahan yang belum pernah terjadi dalam satu abad. China saat ini bekerja sama dengan lebih dari 100 negara dan organisasi internasional terkait inisiatif tersebut.

Keith Bennett, wakil ketua 48 Group Club Inggris yang telah lama menjadi spesialis tentang China, mengatakan bahwa gagasan Xi untuk mengutamakan masyarakat, membuat pembangunan global menjadi lebih adil dan inklusif, serta tidak membiarkan ada negara yang tertinggal, bukan hanya praktis tetapi juga vital diperlukan.

Selcuk Colakoglu, direktur Pusat Studi Asia-Pasifik Turki, menyebut inflasi yang tinggi, kenaikan harga pangan dan energi, serta gangguan rantai pasokan menimbulkan ancaman bagi pembangunan global, dengan negara-negara berkembang menerima pukulan paling keras.

Pernyataan Xi memberikan solusi China untuk menyelesaikan masalah-masalah sulit dalam pembangunan global dan mendorong pembangunan bersama, menurut Colakoglu.

DARI KATA-KATA MENJADI TINDAKA

Pada KTT G20, Xi mengatakan tidak ada satu pihak pun yang boleh memiskinkan negara tetangga (beggar-thy-neighbor, kebijakan yang mencari keuntungan bagi satu negara dengan mengorbankan negara lain), membangun "pekarangan kecil dengan pagar tinggi", atau menciptakan kelompok tertutup dan eksklusif.

"Hanya solidaritas serta pembangunan bersamalah yang menjadi pilihan tepat untuk diambil," katanya.

Pewarta: Xinhua
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022