Golok menjadi sejarah bagi terwujudnya Golok Banten yang nantinya bisa terdaftar secara resmi di UNESCO sebagai warisan leluhur bangsa Indonesia yang adiluhung

Serang (ANTARA) - Kepolisian Daerah (Polda) Banten akan mendaftarkan Golok Pusaka Indonesia ke Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang bermarkas di Paris, Prancis sebagai warisan budaya masyarakat Banten.


"Kita berharap Golok Pusaka Indonesia bisa terdaftar di dunia," kata Kapolda Banten Irjen Rudy Hariyanto saat memimpin kegiatan persiapan pendaftaran ke UNESCO di Serang, Jumat.

Dalam kegiatan rapat tersebut juga dihadiri oleh delegasi UNESCO Prof Dr Ignasius Dwi Atmana, Penjabat Gubernur Banten Al-Muktabar, Dirtahti Polda Banten AKBP Dr. H. Agus Rasyid sebagai konseptor pelestarian Golok Banten, Ki Kumbang sebagai pendiri Museum Golok Indonesia, Kasrem 064/MY Kolonel (Inf) Nurkhan serta pejabat utama Polda Banten.

Dijelaskan bahwa Golok Pusaka Indonesia yang memiliki sejarah budaya masyarakat Banten, di mana saat zaman penjajahan senjata golok dapat melakukan perlawanan terhadap Belanda.

Karena itu, golok menjadi sejarah bagi terwujudnya Golok Banten yang nantinya bisa terdaftar secara resmi di UNESCO sebagai warisan leluhur bangsa Indonesia yang adiluhung.

"Kami berharap pendaftaran Golok Pusaka Indonesia terdaftar di UNESCO berjalan lancar," katanya.

Menurut Kapolda Banten merupakan suatu wilayah yang penuh dengan nilai sejarah perjuangan dalam mendukung upaya kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Perjuangan masyarakat Banten terbukti dari para leluhur tanah Banten melawan penjajah dan mempertahankan kemerdekaan dengan peninggalan senjata tradisional.

Saat ini, kata dia, senjata tradisional di Banten dengan sejuta pusaka berupa Golok.

Bahkan,golok merupakan sebuah senjata yang memiliki nilai histori tinggi sejak era Kerajaan Sunda atau Padjadjaran, era Kesultanan Banten, sampai dengan era Kemerdekaan hingga saat ini.

"Kami tentu merasa bangga masyarakat Banten memiliki sejarah Golok Pusaka itu," katanya.

Ia menilai pusaka Golok Banten dengan dua aspek yaitu eksoteri dan isoteri.

Dari aspek eksoteri berupa pemahaman yang lebih terkait dengan teknik pembuatan golok melalui proses penempaan, pukulan dan lipatan dari bahan logam campuran pilihan sehingga menjadi wujud bilah golok dengan pamor yang indah.

Sedangkan, aspek isoteri maka pemahaman tentang golok lebih kepada pengalaman individual yang lebih bersifat misteri yang cukup dinikmati sendiri dan menjadi pengayaan sendiri.

Namun, aspek isoteri lebih dalam melihat dari hal yang tidak kasat mata yang biasanya hanya dapat dilihat oleh orang-orang tertentu atau mempunyai kelebihan tertentu.

Dengan demikian, Polda Banten merasa terpanggil untuk melestarikan Golok Banten sebagai warisan budaya bangsa Indonesia yang harus diakui oleh dunia, sebab semua lahir dari bangsa yang berbudaya sehingga pelestarian ini menjadi tanggung jawab semua anak bangsa.

"Besar harapan kami semoga Golok Banten dapat diakui dan terdaftar di UNESCO sebagai pusaka dari Indonesia," kata Rudy Hariyanto.

Sementara itu, delegasi UNESCO Ignasius Dwi Atmana mengatakan dari hasil diskusi masih terdapat aspek-aspek yang harus dilengkapi dari Golok Banten jika ingin ditetapkan sebagai warisan budaya dunia.

Pendaftaran Golok Pusaka Indonesia dalam hal ini masih terdapat aspek-aspek yang harus dilengkapi dan berbagi cara bagaimana mekanisme dan beberapa kriteria yang masih banyak harus dilakukan penelusuran serta keterangan lebih lanjut.

"Kami mengapresiasi upaya pemerintah khususnya Polda Banten yang sudah 'concern' terhadap karya budaya Indonesia sebagai karya anak bangsa dan warisan nenek moyang yang diwariskan kepada generasi yang akan datang,” demikian Ignasius Dwi Atmana.

Baca juga: Kapolda Banten membuka seminar internasional golok di mata dunia

Baca juga: Golok Terbesar di Indonesia Dipamerkan di Arena MTQ

Baca juga: Kasal luncurkan kapal cepat rudal "KRI Golok-688" di Banyuwangi

Baca juga: 3 ajang wisata Banten masuk kalender pariwisata nasional

Pewarta: Mansyur Suryana
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022