Melbourne (ANTARA) - Harga minyak memangkas kenaikan awal dan berada di jalur penurunan tajam mingguan di perdagangan Asia pada Jumat sore, di tengah kekhawatiran tentang melemahnya permintaan di China dan kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve AS.
Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 13 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 89,65 dolar AS per barel pada pukul 07.37 GMT, dan tidak jauh dari posisi terendah empat minggu di 89,53 dolar AS yang dicapai di sesi sebelumnya.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 13 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 81,77 dolar AS per barel, tetapi bertahan di dekat level terendah enam minggu. WTI merosot 8,0 persen sejauh minggu ini, sementara Brent turun lebih dari 6,0 persen..
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, sedikit lebih rendah pada Jumat, membuat minyak lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.
"Saya benci menggunakan mantra short-covering yang lemah, tetapi sejauh ini ada sedikit hal lain selain greenback yang sedikit lebih lemah untuk memicu penawaran beli minyak," kata Stephen Innes, mitra pengelola di SPI Asset Management, dikutip dari Reuters.
Analis mengatakan kekhawatiran tentang potensi penguncian di China untuk mengekang lonjakan kasus COVID, yang mencapai level tertinggi sejak April, dan kekhawatiran bahwa lebih banyak kenaikan suku bunga akan mendorong ekonomi AS ke dalam resesi yang membuat pasar terpuruk.
Pernyataan dari pejabat Federal Reserve AS minggu ini dan data penjualan ritel yang lebih kuat dari perkiraan telah memupus beberapa harapan untuk moderasi kenaikan suku bunga yang agresif di Amerika Serikat.
The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin lebih kecil pada Desember setelah empat kenaikan berturut-turut sebesar 75 basis poin, menurut jajak pendapat Reuters.
"Dalam waktu dekat sentimen kemungkinan akan tetap negatif mengingat gambaran makro yang memburuk dan tanda-tanda kelemahan fisik," kata Warren Patterson, kepala strategi komoditas di ING.
China, importir minyak terbesar dunia, melaporkan 25.353 infeksi COVID-19 baru pada 17 November naik dari 23.276 kasus baru sehari sebelumnya, kata Komisi Kesehatan Nasional pada Jumat.
"Pengaturan kebijakan di kota Guangzhou di China selatan, di mana kasus COVID-19 telah melonjak secara signifikan, penting untuk diperhatikan," kata analis komoditas Commonwealth Bank Vivek Dhar dalam sebuah catatan. Guangzhou, pusat manufaktur utama di China adalah rumah bagi 19 juta orang.
Kekhawatiran resesi telah mendominasi minggu ini bahkan dengan larangan Uni Eropa terhadap minyak mentah Rusia yang kian dekat pada 5 Desember dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, memperketat pasokan.
Baca juga: Minyak anjlok dipicu kekhawatiran kenaikan bunga AS dan COVID-19 China
Baca juga: Harga minyak jatuh, dipicu ketegangan geopolitik reda & COVID China
Baca juga: Minyak jatuh di Asia karena kekhawatiran ketegangan geopolitik mereda
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022