Bangkok (ANTARA) - Konferensi tingkat tinggi (KTT) tahunan para pemimpin Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) dimulai pada Jumat di Bangkok dengan fokus pada penanganan harga pangan dan energi yang melonjak akibat perang Rusia-Ukraina.
Para pemimpin APEC juga membahas upaya untuk mewujudkan pertumbuhan kawasan Asia-Pasifik yang inklusif dan berkelanjutan.
Peluncuran rudal balistik antarbenua oleh Korea Utara, yang jatuh di dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) Jepang pada Jumat pagi, kemungkinan juga akan menarik perhatian pada KTT APEC --forum yang mempunyai 21 anggota-- yang akan berlangsung selama dua hari.
Para pemimpin APEC diharapkan dapat mengatasi masalah perubahan iklim, serta memfasilitasi perdagangan dan investasi yang bebas, adil, dan berkelanjutan.
Sementara itu, masih belum jelas apakah para pemimpin APEC dapat mengeluarkan sebuah deklarasi bersama pasca-KTT, mengingat adanya keretakan dalam forum terkait agresi Rusia ke Ukraina.
Negara-negara Barat mengecam Rusia, tetapi beberapa negara anggota, seperti China, memilih untuk tidak memberikan sanksi kepada Moskow.
Namun, di luar persoalan itu, para pemimpin APEC diharapkan menyepakati isu-isu seperti mempromosikan perdagangan dan investasi yang bebas dan adil.
Mereka juga diharapkan menemukan titik temu tentang pentingnya transisi ke energi bersih sambil pada saat yang bersamaan memastikan keamanan energi.
Sehari sebelum pembukaan KTT APEC, para menteri dari 21 anggotanya menyambut baik Tujuan Bangkok, yakni dokumen hasil berisi strategi pertumbuhan kawasan pascapandemi COVID-19 yang diprakarsai oleh pemerintah Thailand yang berisi upaya untuk mengatasi masalah lingkungan dan iklim.
Para menteri APEC pun berjanji untuk mendesak para pemimpin APEC untuk mendukung tujuan tersebut pada pertemuan tingkat tinggi.
Terlepas dari perbedaan atas krisis Ukraina di antara anggota ekonomi APEC -- termasuk Jepang, Amerika Serikat dan Rusia -- para pemimpin berencana untuk mengadopsi "Tujuan Bangkok" untuk konsep Bio-Circular-Green Economy.
Para pemimpin APEC juga dijadwalkan untuk melakukan pembicaraan dengan Dewan Penasihat Bisnis APEC (ABAC) pada Jumat.
ABAC tersebut adalah satu-satunya dewan penasehat resmi dari kalangan sektor swasta yang berfungsi untuk konsultasi para pemimpin APEC yang anggotanya berasal dari 21 entitas ekonomi yang berpartisipasi dalam APEC.
Para anggota ABAC dari Jepang telah menyerahkan kepada Perdana Menteri Fumio Kishida proposal yang harus diserahkan kepada para pemimpin Asia-Pasifik sebelum keberangkatan Kishida ke Asia Tenggara.
Proposal itu berisi desakan untuk merumuskan rencana transisi energi yang ambisius dan praktis menuju ekonomi rendah karbon berdasarkan kebutuhan pertumbuhan ekonomi, ketahanan energi dan dekarbonisasi di antara anggota forum.
Pertemuan APEC akan menjadi KTT yang terakhir dari serangkaian pertemuan puncak di Asia Tenggara, seperti KTT ASEAN di Phnom Penh dan KTT G20 di Bali, bersama dengan sejumlah pembicaraan bilateral dan trilateral di sela-sela kedua KTT itu.
Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris menghadiri KTT APEC di Bangkok menggantikan Presiden Joe Biden.
Presiden Rusia Vladimir Putin pun tidak menghadiri KTT APEC, seperti yang telah dilakukannya untuk KTT G20 yang berakhir pada Rabu (16/11) di Bali, Indonesia.
APEC adalah kelompok regional yang mewakili sekitar setengah dari perdagangan global dan 60 persen ekonomi dunia,
APEC memiliki 21 anggota, yaitu Australia, Brunei, Kanada, Chile, China, Hong Kong, Indonesia, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Papua Nugini, Peru, Filipina, Rusia , Singapura, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, dan Vietnam.
Sumber: Kyodo-OANA
Baca juga: Presiden Jokowi serukan APEC perkuat kerja sama konkret
Baca juga: Indonesia harap spirit kerja sama G20 berlanjut di KTT APEC
Baca juga: Pejabat Thailand: China contoh pembangunan berkelanjutan Asia-Pasifik
Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022