Bali (ANTARA) - Indonesia mengemban tanggung jawab yang tidak ringan untuk memimpin forum G20 yang beranggotakan negara-negara adidaya dan berpengaruh secara global. Indonesia diberi kepercayaan memimpin perhelatan G20 di tengah dunia sedang tidak baik-baik saja pascakrisis pandemi COVID-19 menerjang hingga situasi geopolitik menegang.

Indonesia mengemban tanggung jawab selain meneruskan agenda-agenda yang belum selesai pada Presidensi periode-periode sebelumnya, sekaligus merancang dan merumuskan peta jalan pemulihan global.

Upaya untuk mengeluarkan dunia dari berbagai krisis menjadi tekad Presiden Joko Widodo beserta seluruh Kabinet Indonesia Maju sebagai pemimpin Presidensi G20 tahun 2022.

Terlebih, negara-negara anggota G20 memiliki share terhadap 80 persen Produk Domestik Bruto (PDB) global sekaligus berkontribusi terhadap 75 persen perdagangan internasional dan 60 persen populasi global.

Kekuatan yang dimiliki G20 membuat pemulihan dunia bergantung pada forum ini, sehingga Indonesia sebagai pemimpin harus mampu merangkul negara anggota agar terlahir kebijakan dan tindakan konkret.

G20 bekerja sama dengan organisasi internasional untuk merumuskan tindakan dan kebijakan yang konkret dalam menetapkan standar, prinsip serta pedoman untuk mengatasi krisis global.

Gelaran G20 yang dipimpin oleh Indonesia atau dikenal dengan Presidensi G20 Indonesia sudah mulai digelar sejak 1 Desember 2021 setelah keketuaan ini resmi diserahkan oleh Italia sebagai pemimpin Presidensi G20 sebelumnya.

Dengan tema yang diangkat bertajuk Recover Together, Recover Stronger, maka forum G20 pada 2022 diarahkan kepada ambisi dan aksi global untuk pulih bersama serta investasi kuat bagi masa depan yang lebih sehat.

Menyambut Puncak KTT G20 Indonesia

Sebagai pemegang Presidensi G20, Indonesia akan fokus pada tiga isu strategis yang meliputi penguatan arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi berbasis digital dan transisi menuju energi berkelanjutan.

Setelah melalui serangkaian acara terkait tiga isu prioritas tersebut sejak akhir tahun lalu akhirnya Presidensi G20 Indonesia menuju puncaknya pada 15 dan 16 November 2022.

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Indonesia berlangsung selama dua hari di Kawasan Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Nusa Dua, Badung, Bali.

Sebanyak 17 kepala negara menghadiri KTT G20 yaitu Afrika Selatan, Amerika Serikat (AS), Arab Saudi, Argentina, Australia, India, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Prancis, China, Turki dan Uni Eropa.

Sederet side event yang merupakan lanjutan dari pertemuan-pertemuan sepanjang Presidensi G20 Indonesia pun diselenggarakan selama satu minggu sebelum puncak acara KTT.

Beberapa di antaranya adalah 2nd Joint Finance and Health Ministers' Meeting (JFHMM) Deputy Meeting, B20 Side Event, Tri Hita Karana (THK), Digital Transformation Expo (DTE), C20 Summit, B20 Summit hingga G20 Summit.

Tokoh berpengaruh di dunia pun hadir menjadi pembicara dalam side event G20 Bali mulai Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Pembangunan Asia (ADB), pemimpin perusahaan multinasional, menteri-menteri sampai Elok Musk dan Anne Hathaway.

Mereka hadir memberi pandangan dan masukan mengenai peristiwa yang menjadi sorotan termasuk terhadap agenda prioritas G20 seperti perubahan iklim, ekonomi hijau, transformasi digital dan sektor kesehatan maupun kesetaraan gender.

Puncak KTT G20 Indonesia

Puncak KTT G20 Indonesia dimulai dengan hari pertama meliputi Working Session I mengenai Ketahanan Pangan dan Energi dan Working Session II yaitu arsitektur kesehatan global.

Setelah anggota G20 sangat sibuk mematangkan langkah dan kebijakan untuk isu-isu prioritas pada hari pertama melalui pembahasan Working Session I-II, puncak KTT hari kedua pun diawali dengan berbagai kegiatan menarik.

Sebelum menuju Working Session III, yaitu Transformasi Digital dan Ekonomi pada siang hari, Presiden Joko Widodo terlebih dahulu mengajak pemimpin delegasi negara G20 ke Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Bali untuk menanam bibit pohon.

Kegiatan ini dilakukan guna menunjukkan komitmen Indonesia terhadap pelestarian lingkungan hidup yang sesuai dengan komitmen bersama G20 untuk mengatasi perubahan iklim global.

Penanaman bakau yang berlangsung dalam suasana santai ini diakhiri dengan makan siang dan bincang santai Presiden Jokowi beserta para delegasi di lokasi yang sama hingga mereka nampak beberapa kali berswafoto atau selfie.

Selepas Working Session III, gelaran puncak KTT G20 diluncurkan yaitu jamuan makan malam kepada para delegasi G20 dengan suguhan keanekaragaman Indonesia mulai dari tarian dan lagu daerah hingga sajian makanan khas Indonesia.

Jamuan makan malam di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) itu dikemas dalam perpaduan unsur tradisional dan modern baik dalam tarian dan busana yang dikenakan para penampil maupun aransemen musik.

Tujuan dari penyelenggaraan panggung yang melibatkan lebih dari 200 seniman dan penari ini tidak hanya untuk menghibur tamu melainkan juga agar mereka mengenal dan lebih dekat dengan budaya-budaya di Indonesia.

Keberagaman Indonesia turut dihadirkan pada suguhan menu makanan yang berasal dari berbagai daerah mulai dari Bali, Jawa, Sulawesi Utara, Lampung, Sumatra Barat, Sumatra Utara hingga Aceh.

Para pemimpin delegasi negara G20 yang datang mengenakan pakaian dengan aneka corak batik asli Indonesia tampak sangat menikmati dan terkesan dengan seluruh potensi budaya yang ditampilkan.

Leaders’ Declaration G20 Indonesia

Para pemimpin dunia bertemu di KTT G20 Bali untuk mendukung Presidensi G20 Indonesia dan menghasilkan aksi nyata untuk dunia mampu pulih bersama dan mendorong perdamaian.

KTT G20 berhasil mengesahkan pernyataan para pemimpin atau Leaders’ Declaration yang berisi 52 paragraf dengan seluruhnya melingkupi tiga isu prioritas Presidensi Indonesia.

“Kepemimpinan Indonesia telah berhasil menghasilkan deklarasi pemimpin G20 Bali Leaders’ Declaration yang awalnya diragukan oleh banyak pihak,” kata Presiden Joko Widodo.

Sebanyak 52 paragraf pernyataan para pemimpin G20 ini melingkupi tiga isu prioritas, di antaranya perlunya menegakkan hukum internasional dan sistem multilateral serta komitmen menangani krisis ekonomi termasuk melalui kerja sama kebijakan makro internasional.

Adopsi teknologi digital, membangun dan memperkuat sektor kesehatan, mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs) termasuk mengatasi perubahan iklim turut menjadi bagian dari Leaders' Declaration.

Presiden Jokowi mengakui, yang paling diperdebatkan dari 52 paragraf tersebut adalah penyikapan terhadap perang di Ukraina yaitu condemnation atau penghukuman karena melanggar batas wilayah sehingga mengakibatkan penderitaan masyarakat dan memperberat ekonomi global.

Oleh sebab itu, G20 menyerukan untuk mengakhiri perang di Ukraina, melindungi prinsip piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) serta menghargai kedaulatan dan integritas teritorial lain.

Hasil Konkret G20 Indonesia

G20 Indonesia pun menghasilkan hasil konkret seperti penguatan arsitektur kesehatan global yaitu membentuk dana pandemi atau pandemic fund yang terkumpul lebih dari 1,5 miliar dolar AS oleh 24 negara, meliputi 21 negara anggota G20 dan non-G20 serta tiga lembaga filantropi.

Negara-negara miskin dan berkembang termasuk Indonesia juga dapat mengajukan Proposal Penggunaan Dana dengan skema pendanaan menggunakan instrumen hibah.

Sementara dari sisi transisi energi yang berkelanjutan yaitu membentuk energy transformation mechanism (ETM) country platform di Indonesia dengan mempercepat penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara dan pengembangan energi terbarukan yang adil dan berkelanjutan.

Energy transition mechanism khususnya untuk Indonesia memperoleh komitmen dari just energy transition program (JETP) sebesar 20 miliar dolar AS.

Selain itu, dukungan pembiayaan untuk ETM dari Climate Investments Funds dan dukungan kerja sama dengan lembaga internasional turut terwujud termasuk Country Platform yang akhirnya dikelola oleh PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI).

Dari sisi transformasi digital, aksi nyata berbentuk dukungan sistem pembayaran untuk menyiapkan perekonomian pasca pandemi yang berbasis digital yaitu central bank digital currencies (CBDC) dan Regional Payment Connectivity (RPC) di negara ASEAN.

Peningkatan inklusi keuangan bagi kelompok rentan yaitu melalui Yogyakarta Financial Inclusion Framework untuk mendorong produktivitas UMKM, perempuan dan anak muda turut menjadi aksi nyata dalam bidang ini.

Untuk ketahanan pangan, dilakukan dengan mendorong kolaborasi global untuk mengatasi isu kerawanan pangan yang sedang menjadi persiapan di negara-negara dengan inisiatif penyelenggaraan pertemuan menteri keuangan dan menteri pertanian G20.

Presidensi G20 Indonesia juga meminta World Bank Group (WBG) serta Food and Agriculture Organization (FAO) untuk memetakan kesenjangan respon global atas kerawanan pangan serta melakukan pemetaan dan identifikasi kesenjangan atas kebutuhan pendanaan.

Untuk capaian konkrit lainnya adalah membantu ketersediaan pembiayaan bagi negara-negara rentan dan miskin melalui pembentukan resilience and sustainability trust (RST) oleh IMF yang sudah mencapai 81,6 miliar dolar AS.

Presidensi G20 Indonesia turut mengatasi krisis utang negara miskin dan berkembang dengan program restrukturisasi utang melalui kerangka umum pengelolaan utang atau common framework for debt treatment.

Kemudian mendorong peningkatan kapasitas pendanaan bank pembangunan multilateral atau multilateral Development bank (MDBs).

Dari sisi infrastruktur, Presidensi G20 Indonesia mengembangkan pembangunan infrastruktur melalui perumusan indikator investasi infrastruktur yang berkualitas atau quality infrastructure investment indicators.

Selanjutnya, mendorong kerjasama perpajakan internasional yakni Asia Initiative Bali Declaration sebagai wadah kerjasama transparansi perpajakan di kawasan dan mendorong implementasi kesepakatan pajak global dalam dua pilar perpajakan.

Aksi nyata G20 Indonesia yang terakhir adalah dengan memperkuat ketahanan keuangan jaring pengaman sistem keuangan global atau global financial safety net (GFSN).

Segala hasil yang diraih dalam Presidensi G20 tahun 2022 sesuai dengan tema Recover Together, Recover Stronger yaitu mengutamakan pemulihan yang merata bagi seluruh negara termasuk negara berkembang dan miskin.

“Menandai berakhirnya Presidensi Indonesia di G20 secara resmi saya menyerahterimakan tampuk kepemimpinan kepada India selaku Presidensi G20 berikutnya,” tutup Presiden Jokowi.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022