Jakarta (ANTARA) - Sebuah rangkaian kereta cepat berbadan sangat ramping berwarna perak, dengan garis merah yang melambangkan kemakmuran, perlahan-lahan bertolak meninggalkan Stasiun Tegalluar di Bandung, Provinsi Jawa Barat.
Kereta rel listrik (electric multiple unit/EMU) buatan China itu sedang menjalankan uji coba hot-running test pada sistem katenari (catenary system) di seksi uji coba Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).
Dengan kecepatan yang dirancang mencapai 350 km per jam, jalur kereta ini merupakan proyek unggulan yang mensinergikan Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra usulan China dengan strategi Poros Maritim Global Indonesia. Dibangun dengan teknologi China, proyek ini menjadi model kerja sama antara negara-negara berkembang.
"Kerja sama, inovasi, dan keuntungan timbal balik menjadi inti dari praktik yang berhasil serta semangat pembangunan jalur Kereta Cepat Jakarta-Bandung," kata Dwiyana Slamat Riyadi, presiden direktur KCIC, konsorsium perusahaan patungan antara badan usaha milik negara (BUMN) China dan Indonesia yang mengelola jalur kereta tersebut.
Saat ini, seluruh terowongan dan saluran air di sepanjang jalur kereta tersebut telah selesai dibangun, begitu pun 90 persen lebih pekerjaan sipil untuk tanah dasar (subgrade), jembatan, dan stasiun. Pembangunan keseluruhan kini memasuki tahap peletakan rel.
Dalam kunjungan inspeksinya pada Oktober lalu, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa pihak-pihak yang berpartisipasi telah mengerahkan upaya maksimal untuk mengatasi kesulitan geologis, epidemi, dan kesulitan lainnya tanpa merusak standar dan mutu yang tinggi, yang mencerminkan hubungan kerja sama yang kuat antara Indonesia dan China.
Saat beroperasi nanti, jalur kereta tersebut akan mempercepat dan meningkatkan mobilitas masyarakat maupun barang serta mendongkrak daya saing Indonesia secara keseluruhan, dan penggerak-penggerak pertumbuhan ekonomi baru akan bermunculan di Jakarta dan Bandung, kata Jokowi.
Jalur kereta cepat ini sesungguhnya merupakan proyek konstruksi luar negeri pertama yang sepenuhnya menggunakan sistem perkeretaapian, teknologi, dan komponen industri China.
Guo Lei, kepala departemen desain Konsorsium Kontraktor Jalur Kereta Cepat (High-Speed Railway Contractor Consortium/HSRCC), mengatakan bahwa jalur kereta cepat ini melakukan banyak adaptasi dan inovasi teknologi sesuai dengan iklim setempat, kondisi jalur, dan tradisi budaya maupun kebiasaan masyarakat di sepanjang rute.
Salah satu proyek pembangunan jalur kereta yang paling sulit adalah terowongan No. 2 yang terletak di Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat.
Kombinasi tanah liat, lumpur lunak, batu pasir, dan tanah lapisan atas yang tipis rentan menyebabkan deformasi, tanah longsor, dan risiko keselamatan lainnya.
Hendri Firnanda, koordinator bidang kesehatan, keselamatan, dan lingkungan dalam proyek tersebut, menyoroti dedikasi dan semangat para pekerja China dan mengatakan, "Saya sangat menghormati para kolega saya dari China, karena mereka sangat antusias dengan proyek ini."
Zhang Chaoyang, country manager Bank of China Cabang Jakarta, beranggapan bahwa memperdalam pemahaman dan komunikasi dengan para koleganya di Indonesia seiring berjalannya proyek itu adalah hal yang cukup menantang sekaligus memuaskan.
"Mulai dari mencoba untuk saling mengenal satu sama lain hingga saling mendukung, persahabatan kami menjadi semakin erat seiring berjalannya proses pembangunan jalur kereta baru ini," tutur Zhang. "KCJB tidak hanya menghubungkan dua kota, tetapi juga hati masyarakat China dan Indonesia."
Tidak hanya belajar lebih banyak tentang budaya China, staf lokal seperti Hendri juga berhasil mengasah keterampilan mereka di bidang pembangunan jalur kereta. Hampir 45.000 tenaga kerja Indonesia telah mengikuti program pelatihan yang ditawarkan oleh pihak China.
Dengan upaya bersama, KCJB diperkirakan akan diluncurkan pada Juni 2023, dan akan memangkas waktu tempuh antara Jakarta dan Bandung dari tiga jam lebih menjadi hanya 40 menit.
Allan Tandiono, direktur manajemen proyek dan pengembangan bisnis KCIC, memuji kerja keras dan kerja sama antara China dan Indonesia.
"Meski pandemi belum usai, para pekerja konstruksi jalur kereta dari China dan Indonesia bekerja keras untuk mengatasi kesulitan bersama, menunjukkan kekuatan dan kecepatan infrastruktur China," tutur Allan.
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2022