Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan pemerintah harus bergerak cepat mengambil langkah alternatif untuk memenuhi stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang menipis agar Bulog bisa menjalankan tugasnya dalam pengendalian ketersediaan dan harga pangan.
"Kita harus cepat mengambil langkah alternatif untuk memenuhi kebutuhan ini. Karena kalau kita terlambat, di satu sisi kita sudah tahu tidak mungkin kita dalam waktu dekat bisa menyerap dalam jumlah besar. Karena barangnya selain tidak ada, harganya juga tidak memungkinkan," kata Budi Waseso dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR RI di Gedung Parlemen Senayan Jakarta, Rabu.
Saat ini stok CBP di gudang Bulog sebanyak 651 ribu ton. Jumlah tersebut kurang hampir setengahnya dari stok ideal yang harus dimiliki oleh Bulog sebanyak 1,2 juta ton.
CBP yang dimiliki Bulog merupakan beras milik negara yang penggunaannya untuk kebijakan pemerintah seperti bantuan sosial, bantuan bencana, maupun operasi pasar atau program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH).
Operasi pasar yang dilakukan Bulog dengan memasok beras di pasar bertujuan untuk menyeimbangkan antara pasokan dan permintaan sehingga harga beras tetap stabil.
Komoditas beras merupakan pangan pokok yang paling berkontribusi terhadap terjadinya inflasi pangan apabila harganya melonjak. Oleh karena itu Bulog memiliki tugas untuk menstabilkan harga beras guna menekan inflasi pangan yang akan berimbas pada angka inflasi nasional.
Budi Waseso yang akrab disapa Buwas tersebut mengatakan saat ini Bulog mengalami kendala dalam penyerapan beras dalam negeri karena ketersediaan yang rendah di tingkat produsen, dan juga harga beras atau gabah melonjak tinggi.
"Selain ada anomali cuaca, kita harus sadari kita tidak bisa pastikan hasil panen sesuai dengan fakta di lapangan, pasti produktivitas gabah pasti turun. Karena di beberapa wilayah, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung juga terendam banjir sawah yang sudah mau panen, sehingga akan mempengaruhi jumlah yang akan panen," kata Buwas.
Selain itu, Buwas mengatakan bahwa Bulog tidak bisa terus menerus membeli beras di tingkat produsen dengan harga yang tinggi mengikuti mekanisme pasar karena akan menyebabkan inflasi.
Oleh karena itu menurutnya perlu dilakukan langkah alternatif dengan segera untuk memenuhi target stok CBP 1,2 juta ton pada akhir tahun.
"Kalau kita akan mendatangkan dari luar itu juga harus secepat mungkin. Karena dari beberapa negara menutup atau tidak mengeluarkan dari produksi pertanian khususnya beras," kata Buwas.
Dia menyebut hal yang jadi pertimbangan lain apabila mengimpor beras adalah keterbatasan angkutan logistik yang berpengaruh pada kemungkinan melakukan impor.
Selain itu, meningkatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga mempengaruhi harga beli beras dari luar negeri.
"Dengan meningkatnya nilai tukar rupiah dengan dollar, ini akan pharga yang kita datangkan. Maka kalau kita terlambat mengambil langkah, mengantisipasi, maka ini juga ada kerawanan persoalan pangan khususnya beras. Karena beras mempengaruhi inflasi, mau tidak mau, kita harus menyiapkan kebutuhan pokok ini," kata Buwas.
Baca juga: NFA targetkan cadangan beras sampai 1,2 juta ton
Baca juga: Bulog: Stok cadangan beras pemerintah menipis
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022