Jakarta (ANTARA) - Presiden China Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Senin (14/11) mengadakan pertemuan tatap muka pertama mereka sejak Biden menjabat sebagai presiden AS.
Didampingi para penerjemah yang memberikan penjurubahasaan simultan dalam pertemuan selama tiga jam lebih itu, kedua pemimpin terlibat dalam "pertukaran pandangan yang jujur, konstruktif, dan mendalam" tentang berbagai isu yang memiliki signifikansi strategis dalam hubungan China-AS serta isu-isu global dan regional utama.
Meski sejumlah media barat meliput pertemuan tingkat tinggi itu secara ekstensif, mereka mungkin melewatkan beberapa pesan utama dari acara itu, di antaranya sebagai berikut:
Presiden Xi mengatakan:
-- Sebagai pemimpin dari dua negara besar, kedua presiden perlu memainkan peran sebagai pemimpin, memetakan arah yang tepat untuk hubungan China-AS dan menempatkannya di jalur yang mengarah pada peningkatan.
-- Seorang negarawan harus memikirkan dan tahu ke arah mana dia harus memimpin negaranya. Dia juga harus memikirkan dan tahu bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan negara lain dan dunia yang lebih luas.
-- Kebijakan dalam dan luar negeri Partai Komunis China (Communist Party of China/CPC) serta pemerintah China bersifat terbuka dan transparan, dengan iktikad strategis yang dinyatakan dengan jelas dan transparan serta kontinuitas dan stabilitas yang kuat.
-- Hubungan China-AS seharusnya tidak menjadi permainan menang-kalah (zero-sum) dengan salah satu pihak mengungguli atau berkembang dengan mengorbankan pihak lain. Keberhasilan China dan AS adalah peluang, bukan tantangan untuk satu sama lain. Dunia ini cukup besar bagi kedua negara untuk mengembangkan diri dan menjadi sejahtera bersama.
-- Kedua belah pihak harus membentuk persepsi yang benar terkait kebijakan dalam dan luar negeri serta iktikad strategis masing-masing. Interaksi China-AS harus ditandai dengan dialog dan kerja sama yang saling menguntungkan, bukan konfrontasi dan kompetisi menang-kalah.
-- Mematuhi norma-norma dasar hubungan internasional dan tiga komunike bersama China-AS sangat penting bagi kedua belah pihak guna mengatasi perbedaan dan pertentangan serta mencegah konfrontasi dan konflik. Itulah pagar pembatas dan jaring pengaman terpenting dalam hubungan China-AS.
-- Tidak ada negara yang memiliki sistem demokrasi yang sempurna, dan selalu ada kebutuhan untuk pengembangan dan penyempurnaan.
-- Apa yang disebut sebagai narasi "demokrasi versus otoritarianisme" bukanlah karakteristik yang menentukan di dunia saat ini, apalagi mewakili tren zaman.
-- Alih-alih mengatakan satu hal dan melakukan hal yang berbeda, AS perlu memenuhi komitmennya dengan tindakan nyata.
Presiden Biden mengatakan:
-- Dengan ini saya menegaskan kembali bahwa China yang stabil dan makmur merupakan hal yang baik bagi AS dan dunia, dan AS menghormati sistem China serta tidak berniat untuk mengubahnya.
-- AS tidak menginginkan Perang Dingin baru, tidak ingin merevitalisasi aliansi untuk melawan China, tidak mendukung "kemerdekaan Taiwan", tidak mendukung prinsip "dua China" atau "satu China, satu Taiwan", tidak ingin terlibat konflik dengan China, dan tidak ingin melakukan pemisahan (decoupling) dari China, menghentikan perkembangan ekonomi China, atau mengekang China.
Setelah pertemuan tingkat tinggi tersebut, Anggota Dewan Negara sekaligus Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan:
-- Pihak AS harus mengubah pernyataan positif Presiden Biden menjadi kebijakan dan tindakan nyata, serta berhenti mengekang dan menekan China, menahan diri untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri China, dan berhenti merusak kepentingan pembangunan, keamanan, dan kedaulatan China, sehingga dapat bekerja bersama China di arah yang sama.
Pewarta: Xinhua
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2022