Jakarta (ANTARA) - Plt Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Jawa Tengah Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan pihaknya akan terus mengedepankan pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan.

"Hal ini dilakukan dengan meningkatkan penghijauan di lahar kritis, mengonservasi lingkungan, meminimalisir dampak bencana alam, mengembangkan ruang terbuka hijau, mengonservasi pesisir laut, dan menegakkan regulasi terkait rencana tata ruang wilayah," katanya dalam webinar Green Economy yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga terus mendorong agar pelaku industri menerapkan prinsip keberlanjutan di dalam kegiatan ekonominya dengan meningkatkan pengawasan, mendaur ulang material bahan, mengelola limbah, memodifikasi peralatan yang ada gar lebih ramah lingkungan, dan menggunakan teknologi yang bersih.

Di samping itu, industri di Jawa Tengah juga terus didorong untuk mengganti bahan bakar mereka kepada bahan bakar yang lebih hijau.

"Dalam konteks pengembangan energi hijau, energi non fosil, permintaan industri untuk melakukan perubahan dari proses produksi, sampai faktor input energi, permintaannya cukup besar. Beberapa kawasan industri juga sudah menggunakan teknologi ramah lingkungan," katanya.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pun terus melakukan identifikasi terhadap perusahaan-perusahaan yang masih berpeluang menerapkan industri hijau, melakukan sosialisasi industri hijau ke aparat terkait, asosiasi, dunia usaha dan masyarakat, serta memberikan pembinaan terkait produksi ramah lingkungan.

"Kami juga memfasilitasi penerapan industri hijau dalam bidang usaha seperti tekstil, kulit, tahu, tempe, produsen kecap, tapioka, pengolahan kayu, dan budidaya tanaman serta industri yang berpeluang ekspor," ucapnya.

Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 12 Tahun 2018 tentang Rencana Umum Energi Daerah Provinsi Jawa Tengah juga diterbitkan untuk mendorong kedaulatan Jawa Tengah di bidang energi, dengan mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT).

"Kalau kita lihat praktiknya, khusus PLTS (pembangkit listrik tenaga surya) yang di rooftop gedung pemerintah, pendidikan, pesantren, dan industri pertanian sudah menghasilkan (listrik) hingga 22 megawatt. Belum pengusaha yang lain antre ingin pasang PLTS," ucapnya.

Baca juga: Jawa Tengah jadi percontohan pengembangan EBT tingkat nasional
Baca juga: Kapasitas terpasang PLTS atap Jateng capai 8,8 MWp

Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022