Surabaya (ANTARA) - Peringatan Hari Pahlawan pada 10 November 2022 menjadi momentum awal diluncurkannya program Surabaya Bergerak. Gerakan sosial yang diinisiasi Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bersama unsur pentahelix ini bertujuan untuk memupuk semangat gotong-royong warga dalam menjaga kotanya.
Sifat dari gerakan sosial ini adalah bentuk kesukarelaan dan inisiatif para pemangku wilayah dengan diawali kerja bakti bersama membersihkan lingkungan. Kemudian, gerakan sosial ini dilanjutkan ke aktivitas lain yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup warga Surabaya dalam keberagaman.
Melalui program tersebut, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi ingin mengubah paradigma bahwa sebuah kota akan menjadi luar bisa apabila pemerintah dan seluruh elemen dapat berkolaborasi bersama. Seperti halnya dahulu ketika seluruh suku, ras dan agama di Surabaya berjuang dan bergotong-royong dalam merebut kemerdekaan.
Itulah yang dilakukan Pemkot Surabaya saat ini dalam memupuk serta membangun kebersamaan warganya yang pluralis dengan bergotong-royong. Unsur pentahelix , yakni pemerintah, akademisi, pelaku usaha, masyarakat , serta media bersatu dan berkomitmen untuk membangun wilayahnya dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
Tidak akan ada kota yang mampu meraih kebahagiaan apabila semua persoalan hanya digantungkan kepada pemerintah, seperti misalnya mengatasi persoalan genangan atau banjir yang tidak akan bisa selesai jika warganya abai terhadap lingkungan.
Untuk itu, melalui program Surabaya Bergerak, seluruh RT/RW perkampungan termasuk pemerintah kota, turut bersama-sama menjaga lingkungan dan kebersihan.
Dengan memupuk rasa kegotong-royongan, Cak Eri--panggilan akrab Wali Kota Surabaya--mengajak seluruh warga untuk peduli terhadap kebersihan saluran dan lingkungan. Upaya yang dilakukan pemkot dalam mengatasi persoalan lingkungan tak akan bisa sempurna tanpa ada dukungan dan keterlibatan warga. Seluruh warga menjadi bagian dalam pembangunan kota.
Pascapeluncuran program Surabaya Bergerak, para pemangku kepentingan di wilayah RT/RW mulai berbondong-bondong mendaftar melalui laman situs https://bergerak.surabaya.go.id. Para pengurus RT/RW menginformasikan kapan dan di mana mereka melaksanakan kerja bakti bersama.
Pemkot Surabaya mencatat ada sekitar 101 RT/RW dari 31 kecamatan yang telah mengikuti program Surabaya Bergerak pada Minggu, (13/11/2022), seperti dilakukan warga di wilayah RW 03 Kelurahan Pacarkeling, Kecamatan Tambaksari Surabaya. Setidaknya ada tiga dari enam RT di wilayah RW 03 yang melaksanakan kerja bakti bersama pada pekan pertama pelaksanaan. Kerja bakti dimulai pukul 06.00 WIB hingga 10.45 WIB.
Kerja bakti di wilayah RW 03 Pacarkeling difokuskan pada pembersihan saluran dan barang-barang bekas. Hal ini dilakukan untuk mencegah banjir sekaligus memberantas timbulnya nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD).
Ketua RW 03, Kelurahan Pacarkeling, Dodi Kristiono, kawasan Jagiran mengakui wilayahnya sekarang tidak begitu banjir setelah dilakukan kerja bakti pembersihan saluran oleh warga dan pengerukan oleh Pemkot Surabaya beberapa waktu lalu.
Dodi optimistis, pada pekan depan akan lebih banyak lagi warga di wilayahnya yang mengikuti kerja bakti bersama dalam program Surabaya Bergerak. Dia pun sepakat dengan langkah pemkot dalam upaya menggerakkan warga agar lebih peduli terhadap lingkungannya. Harapannya, kegiatan yang bagus tersebut dilaksanakan secara rutin agar warga juga menyadari dan ada inisiatif untuk rasa saling memiliki lingkungannya.
Terlebih lagi, hal yang membuat Dodi kagum adalah kecepatan jajaran pemkot dalam mendukung pengangkutan limbah sampah hasil kerja bakti warga. Jika sebelumnya, sampah hasil kerja bakti warga menunggu hingga satu minggu baru diangkut, sekarang begitu selesai kerja bakti langsung dibersihkan.
Selain wilayah Pacarkeling, kerja bakti perdana dalam program Surabaya Bergerak juga dilaksanakan warga di RT 03 RW 07 Kelurahan Banyu Urip, Kecamatan Sawahan. Fokusnya hampir sama, yakni warga di sana bergotong-royong membersihkan saluran dan pengecatan.
Ketua RT 03 RW 07 Kelurahan Banyu Urip, Puguh Kusratno mengungkapkan, awalnya tertarik mendaftar program Surabaya Bergerak setelah mendengarkan informasi dari siaran radio. Dia pun lantas mengajak warganya untuk mendaftar program tersebut.
Puguh mengaku, selama hampir satu tahun lebih tidak menggelar kerja bakti bersama dengan warga karena situasi pandemi COVID-19. Oleh sebab itu, ketika mendapat informasi terkait program Surabaya Bergerak, dia berinisiatif mendaftar. Apalagi warga sangat antusias saat diadakan kerja bakti karena sudah lama tidak mengadakan.
Ke depan, Puguh tak akan ragu lagi untuk kembali mengajak warganya mengadakan kerja bakti bersama. Apalagi, Pemkot Surabaya juga memfasilitasi karung dan armada truk untuk mengangkut hasil kerja bakti warga.
Saluran air
Pemkot Surabaya telah berusaha secara optimal dalam pembangunan saluran-saluran air primer dan sekunder, serta melakukan pemeliharaan terhadap saluran lama. Upaya tersebut juga tentunya harus didukung dengan pemeliharaan saluran tersier yang terdapat di pemukiman rumah warga.
Jika saluran air tersier sudah dijaga dan dibersihkan dengan baik, maka warga tidak akan membuang sampah di sembarang tempat.
Untuk itu, warga diimbau agar sering membersihkan saluran air tersier di kawasan perkampungan agar tidak buntu dan terjadi genangan pada saat hujan deras. Jika saluran tersier di perkampungan tersebut kecil, maka Pemkot Surabaya akan membantu untuk melebarkan saluran.
Sementara itu, dalam kerja bakti massal bertajuk Surabaya Bergerak, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya menerjunkan sekitar 20 armada dump truck untuk mendukung pengangkutan sampah hasil kerja bakti warga.
Puluhan dump truk itu disebar ke perkampungan secara bergiliran.
DLH berkomitmen untuk mengangkut semua sampah hasil kerja bakti bersama di wilayah perkampungan. Terlebih, data wilayah mana saja yang melaksanakan kerja bakti juga telah termonitor ke dalam aplikasi Surabaya Bergerak.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, Agus Hebi Djuniantoro, mengemukakan pembuangan limbah hasil kerja bakti warga ini disesuaikan dengan jenisnya. Misalnya, jika berupa lumpur hasil pengerukan saluran, maka digunakan untuk pengurukan lahan. Demikian pula jika sampah hasil kerja bakti berupa perantingan pohon, akan disalurkan ke rumah kompos.
Tujuan awal kerja bakti adalah normalisasi saluran tersier, tapi sampahnya ada macam-macam. Ada sampah hasil perantingan, sampah bongkaran rumah, dan sebagainya.
Oleh sebab itu, Hebi berharap ke depan warga dapat memilah sampah atau limbah hasil kerja bakti tersebut. Misalnya, jika itu lumpur hasil pengerukan saluran tidak dijadikan satu dengan limbah rumah tangga seperti lemari atau kasur.
Setelah dipilah oleh warga, dikumpulkan di satu tempat, kemudian diangkut. Sampah pengerukan saluran digunakan untuk lahan-lahan, sedangkan yang lain dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo.
Dengan adanya kerja bakti bersama, maka masalah-masalah banjir, genangan, ancaman demam berdarah (DBD) dan lainnya, bisa teratasi. Apalagi, warga Surabaya punya budaya Arek. Artinya, warga itu punya rasa tolong-menolong, gotong-royong dan saling menghormati. Ketika pemerintah memberikan contoh itu, maka warga juga akan ikut bergerak. Jiwa sosial itu perlu terus dipupuk agar memberikan manfaat bagi warga maupun lingkungan sekitar.
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022