Bali (ANTARA) - Pemerintah Indonesia mengajak pemerintah Australia untuk menciptakan aliansi strategis untuk mendorong hilirisasi dan energi baru terbarukan guna mengembangkan ekosistem industri baterai kendaraan listrik.
Ajakan itu disampaikan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia saat melakukan pertemuan dengan Sekretaris Parlemen Negara Bagian Australia Barat Jessica Jane Shaw di Nusa Dua, Bali, Minggu (13/11).
"Indonesia memiliki pasar yang besar dalam industri kendaraan listrik dengan pemain-pemain global besar yang sudah berinvestasi seperti LG, Foxconn, CATL. Ini merupakan sebuah peluang besar yang dapat dijajaki antara Indonesia dengan Australia dengan konsep saling menguntungkan dalam rangka meningkatkan perekonomian kedua negara," katanya dalam keterangan di Bali, Selasa.
Bahlil menjelaskan saat ini Indonesia berkomitmen mendorong investasi hijau yang ramah lingkungan dan berkelanjutan melalui pengembangan ekosistem industri kendaraan listrik yang terintegrasi.
Menurut mantan Ketua Umum HIPMI itu, saat ini merupakan momentum yang tepat bagi Indonesia dan Australia untuk memperkuat hubungan perekonomian, khususnya dalam hal investasi.
Pasalnya, Indonesia dan Australia memiliki kekuatan di sektor pertambangan, karena Australia memiliki keunggulan sebagai penghasil lithium terbesar di dunia.
Dengan berkolaborasi, kedua negara akan mampu jadi produsen baterai listrik karena Indonesia memiliki cadangan nikel, kobalt dan mangan yang melimpah untuk jadi bahan baku baterai kendaraan listrik, bersama dengan lithium Australia.
Peluang kolaborasi tersebut dinilai sangat strategis karena 40 persen komponen kendaraan listrik merupakan baterai.
Sekretaris Parlemen Negara Bagian Australia Barat Jessica Jane Shaw pun menyambut positif ajak tersebut.
Menurutnya, dengan memiliki 50 persen cadangan lithium dunia di Australia Barat, serta letak geografis Australia yang strategis terhadap Indonesia, sangat tepat jika Indonesia bisa memperoleh bahan baku lithium dari dari Australia dan bersinergi dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
"Seperti Indonesia, pemerintah Australia juga memiliki ketertarikan dalam hal hilirisasi. Sehingga, ada peluang untuk melakukan kolaborasi dan sharing knowledge antara kedua negara," ujar Jessica.
Usulan perjanjian kemitraan antara Indonesia-Australia itu bertujuan agar kedua negara bisa menjadi powerhouse dalam ekosistem rantai pasok baterai kendaraan listrik yang dapat saling menguntungkan kedua belah pihak. Kementerian Investasi akan membentuk tim khusus untuk mengeksplorasi peluang kerja sama Indonesia dengan Australia tersebut.
Berdasarkan data triwulan III 2022, Kementerian Investasi/BKPM mencatat realisasi investasi asal Australia sebesar 0,2 miliar dolar AS dan menempati peringkat ke-10. Secara akumulatif sejak 2017-September 2022, realisasi investasi Australia mencapai 2,37 miliar dolar AS.
Baca juga: Presiden Jokowi undang Australia berinvestasi di industri baterai
Baca juga: Bahlil dukung pembangunan kawasan industri net zero di Sulawesi Tengah
Baca juga: Citi: Industri nikel dan baterai listrik bisa kuatkan ekonomi nasional
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022