Menurut dia, saat dihubungi oleh Antara di Jakarta, Selasa, upaya ini penting untuk mendukung kebebasan ekonomi di tengah ancaman perlambatan perekonomian global pada 2023.
“Pemerintah harus mengurangi hambatan ekspor seperti tarif. Buka dan permudah perdagangan global, hal ini penting karena mendukung kebebasan ekonomi,” kata Nuri.
Selain itu, ia mengatakan pemerintah juga harus menjaga iklim usaha yang baik dari segi harga, serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan inflasi di dalam negeri.
Nuri melanjutkan upaya menjaga kinerja neraca perdagangan nasional juga harus didukung oleh pelaku usaha di dalam negeri, dengan menjaga kualitas barang dan jasanya agar tetap diminati negara mitra dagang internasional.
Kemudian, pelaku usaha juga perlu memperkuat analisis pasar untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi seperti pengurangan permintaan dari negara mitra dagang.
Dalam kesempatan ini, ia memperkirakan kinerja neraca perdagangan nasional berpotensi melemah pada tahun depan, seiring dengan melemahnya perekonomian negara mitra dagang, meski tidak sampai terjadi defisit.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja melaporkan neraca perdagangan Indonesia surplus 5,67 miliar dolar AS pada Oktober 2022, dengan nilai ekspor 24,81 miliar dolar AS dan impor 19,14 miliar dolar AS.
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022