Jakarta (ANTARA) - Indonesia baru saja menerima estafet keketuaan ASEAN dari Kamboja dan akan menjadi Ketua ASEAN pada tahun 2023. Secara simbolis, Presiden Jokowi menerima palu dari Perdana Menteri Kamboja Hun Sen sebagai penanda bahwa Indonesia telah menjadi Ketua ASEAN di periode KTT ASEAN ke-41 tahun depan.
Ini merupakan sebuah prestasi bagi Indonesia yang tiada hentinya mendapatkan kepercayaan dari negara lain untuk memimpin dan memecahkan berbagai macam persoalan yang melanda dunia hari ini.
Bagaimana tidak, pelaksanaan KTT G20 saja belum dimulai, tapi Indonesia kembali dipercaya menjadi Ketua ASEAN, sebuah wilayah yang hari ini menjadi perbincangan hangat bagian dari dinamika global karena adanya konflik di Laut China Selatan yang melibatkan negara negara di Asia Tenggara baik secara langsung maupun tidak langsung.
Indonesia memang tiada hentinya disorot dunia, selalu menjadi primadona bagi negara lain. Hal itu juga berkat upaya dari Pemerintah hari ini yang berhasil menjadi salah satu negara yang masih terlihat stabil dalam menghadapi ketidakpastian global.
Hal itu terbukti dari pertumbuhan ekonomi kita hari ini, bila merujuk dari data Kementerian Keuangan bahwa Indonesia mampu tumbuh positif 3,69% di tahun 2021 yang memiliki andil terhadap pertumbuhan perekonomian di ASEAN yang pada 2021 lalu tumbuh sekitar 2,9%.
Tentunya dalam melihat data tersebut, ASEAN merupakan kawasan yang stabil di tengah pandemi yang berhasil menahan kontraksi yang dalam di 2020 di mana sebagian besar kawasan maupun negara mengalami kontraksi yang lebih berat, dan Indonesia memiliki peran yang luar biasa dalam menjaga stabilitas tersebut.
Apalagi dalam melihat kondisi dunia hari ini dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir yang belum usai lepas dari belenggu masa masa pandemi, ditambah dengan adanya perang Ukraina dengan Rusia, serta dinamika di Laut China Selatan yang menjadi penyebab utama terjadinya instabilitas keamanan global.
Dalam dunia yang tak aman, tentunya berdampak pada pertumbuhan ekonomi, seperti terganggunya rantai pasokan global, menyebabkan terjadinya inflasi yang tinggi. Ibarat sebuah pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula, bisa gawat.
Oleh karena itu, dalam melihat situasi global hari ini, dibutuhkan peran penting salah satu negara yang menjadi sosok sentral untuk menghadapi berbagai macam kemelut ini, di mana harapan itu ada di Indonesia. Sebagai negara yang bisa menjadi katalisator perdamaian dunia, apalagi dalam politik luar negeri Indonesia yang memiliki prinsip bebas aktif, tentunya bisa menjalin komunikasi yang baik dengan negara-negara lain.
Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam menjaga stabilitas keamanan dunia bukan hanya isapan jempol belaka. Karena dibuktikan langsung, dengan terjun ke lapangan. Seperti yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo yang mendatangi langsung Ukraina dan Rusia. Di saat pemimpin dunia lainnya hanya disibukkan dengan sikap prihatin dan saling kecam.
Momentum besar KTT ASEAN di 2023 nanti, dan KTT G20 yang akan dimulai besok lusa menjadi tempat ujian sesungguhnya bagi Indonesia dalam menciptakan stabilitas keamanan, baik di regional maupun internasional. Indonesia harus mampu mengajak pemimpin-pemimpin dunia untuk segera sadar terkait kondisi hari ini, jangan sampai ada gesekan sekecil apa pun. Karena yang dibutuhkan hari ini adalah kolaborasi di antara pemimpin-pemimpin dunia.
Tentunya kita juga perlu belajar dari masa lalu bagaimana the great depression, yakni menurunnya tingkat ekonomi secara drastis di seluruh dunia, menjadi salah satu penyebab meletusnya Perang Dunia II, akibat dari ego yang tinggi dari pemimpin dunia pada saat itu. Sehingga ekonomi berantakan, perang pun tak dapat dihindari.
Apalagi berakhirnya Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet menjadi penanda pergeseran definisi keamanan bagi negara setiap bangsa. Seperti yang diungkapkan oleh Barry Buzan ahli Geopolitik Internasional yang mendefinisikan konsep keamanan yang pada awalnya berpusat pada sektor militer saja, kemudian berkembang menjadi sektor militer dan nonmiliter seperti ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan. Sehingga sektor keamanan menjadi isu penting dalam dinamika global hari ini.
Permasalahan-permasalahan seperti konflik di Laut China Selatan hingga Perang Rusia dan Ukraina apabila tidak bisa dimitigasi dengan baik tentunya akan menjadi pemercik perang-perang pada masa yang akan datang, dan bisa melibatkan lebih dari banyak negara. Lalu, ketika negara negara kembali sibuk berperang, tentunya rakyat sipil yang kembali menjadi korban.
Sehingga harapan kita adalah terselenggaranya KTT G20 tahun ini di Indonesia bisa menjadi jawaban atas segala keresahan yang hari ini menghantui kita semua.
Semoga Indonesia bisa menjadi titik temu di antara kebuntuan. Lalu, peran serta Indonesia sebagai Ketua ASEAN bisa menjawab kebuntuan tentang apa yang menjadi keresahan global terkait situasi di Laut China Selatan yang merupakan salah satu denyut arus perdagangan global.
Tak bisa dibayangkan bila perang melanda, sangat berdampak besar pada perekonomian dunia yang semakin hari semakin terhimpit efek dari ketidakpastian ini.
*) Yasmin Nur adalah Pemerhati Keamanan dan Pertahanan
Copyright © ANTARA 2022