Jika kita bisa melakukan budi daya ikan tuna, lobster, udang, dan rumput laut maka Indonesia dan rakyatnya bisa hidup makmurGianyar, Bali (ANTARA) - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan laut adalah masa depan Indonesia karena negara kepulauan ini memiliki garis pantai yang sangat panjang dengan kekayaan laut yang luar biasa besar dan belum tergarap maksimal.
"Kita bisa lihat negara Norwegia yang kini pendapatan utamanya dari budi daya ikan Salmon, hasil kekayaan laut,dan meninggalkan sektor minyak dan gas bumi. Kalo Norwegia punya kekayaan laut ikan Salmon, Indonesia memiliki lebih banyak lagi di antaranya ikan tuna, lobster, udang, ikan hias dan rumput laut. Jika kita bisa melakukan budi daya ikan tuna, lobster, udang, dan rumput laut maka Indonesia dan rakyatnya bisa hidup makmur," kata Teten Masduki saat memberi sambutan acara pentas seni Ghurnita Samudra Murti di Pantai Ketewel Gianyar, Bali, Sabtu malam.
Acara pentas seni Ghurnita Samudra Murti diadakan oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud.yang dipimpin oleh Ari Dwipayana, koordinator staf khusus Presiden Jokowi.
Teten mengatakan Singapura untuk mendapatkan air harus beli dari Malaysia, tapi bisa ekspor ikan hias dalam jumlah besar. Ikan hiasnya berasal dari Indonesia dan Thailand.
"Nah ini yang perlu kita putus mata rantainya, bagaimana Indonesia ekspor langsung ikan hias karena memiliki kekayaan ikan hias laut dan air tawar," kata Teten.
Kemenkop dan UKM juga kerja sama dengan KKP untuk memperkuat usaha rakyat di pesisir pantai agar dapat meningkatkan pemanfaatan kekayaan laut Indonesia, salah satunya membuat koperasi nelayan yang memudahkan mereka mendapatkan BBM bersubsidi agar bisa terus melaut dan menangkap ikan.
"Saya dan Ari Dwipayana berhubungan sangat dekat karena pernah sama-sama menjadi staf khusus Presiden Jokowi sejak periode pertama. Oleh karena itu, saya memohon maaf tidak dapat hadir di acara Yayasan Puri Kauhan Ubud mulai dari aksi di hulu (atas) penghijauan di Danau Batur, aksi di tengah merawat aliran sungai dan baru bisa hadir di acara aksi di hilir yakni di pesisir pantai," ujar Teten.
Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud Ari Dwipayana menjelaskan bahwa organisasi yang dipimpinnya itu berupaya menjaga dan merawat tanah dan air di Bali. Yayasan Puri Kauhan Ubud melakukan aksi nyata dengan menanam 25.000 pohon di kawasan Danau Batur sebagai salah satu sumber air di Bali. Kemudian melakukan bersih-bersih sampah di Sungai Oos, Ubud, sebagai aksi di bagian tengah. Dan kini melakukan penanaman 1.000 pohon di pesisir Pantai Ketewel, Gianyar sebagai upaya pencegahan abrasi pantai.
"Dalam aksi merawat tanah dan air di Bali, mulai dari hulu (atas), tengah dan hilir, Yayasan Puri Kauhan Ubud melakukan berbagai upaya dan aksi misalkan menanam pohon, bersih-bersih sampai, diskusi, pembuatan film, pentas seni, sebagai upaya menyadarkan masyarakat untuk selalu menjaga dan merawat tanah dan air di Bali," tutur Ari Dwipayana.
Ia menyoroti berbagai kerusakan lingkungan di Bali akibat eksploitasi ekonomi, terutama untuk pariwisata. Sawah beralih fungsi menjadi vila dan hotel, sungai dan laut menjadi keranjang sampah.
"Kita bisa lihat belakangan ini, banyak bencana banjir, tanah longsor, jembatan dan jalan putus akibat hujan lebat yang berujung pada bencana.
Untuk mengingatkan masyarakat pesisir Pantai Ketewel, Yayasan Puri Kauhan Ubud melakukan penanaman pohon, mengajak kementerian PUPR untuk mencegah abrasi pantai, bekerja sama dengan KKP untuk memberikan pelatihan pada masyarakat pesisir tentang potensi kekayaan laut yang bisa digarap tapi tetap menjaga kelestarian dan keberlangsungan, kata Ari.
Baca juga: MenkopUKM: Bangun ekosistem digital dengan datangkan ahli di dunia
Baca juga: Pastika: Manfaatkan hasil laut untuk cerdaskan anak-anak Bali
Baca juga: Pengembangan usaha ramah lingkungan jadi prioritas Kemenkop tahun 2023
Pewarta: Adi Lazuardi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022