Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis penyakit dalam subspesialisasi gastroenterologi hepatologi dr. Nenny Agustanti, Sp.PD-KGEH mengatakan gastroparesis diabetik dalam skala ringan pada penderita diabetes yang mengalami komplikasi dapat diatasi dengan modifikasi diet.

“Kita harus lihat dulu bahwa seberapa berat sih pasien ini mengalami gastroparesis. Pengobatan lini pertama yang dilakukan apabila pasien ini mengalami gastroparesis diabetek itu pertama modifikasi diet,” kata dokter dari Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Kota Bandung unit RSHS itu dalam bincang virtual yang diikuti di Jakarta, Jumat.

Dia mengatakan penanganan gastroparesis diabetik disesuaikan dengan derajat keparahan gangguan tersebut yang dialami pasien diabetes.

Prinsip yang perlu diingat, imbuh Nenny, gangguan itu terjadi adanya perlambatan waktu pengosongan lambung sehingga pasien harus menyesuaikan dengan kondisi lambungnya. Biasanya pasien disarankan oleh dokter untuk makan porsi kecil tetapi sering dalam sehari.

Baca juga: Dokter: Diabetes tak terkontrol bisa sebabkan gangguan gastroparesis

Baca juga: Orang dengan keturunan diabetes perlu jaga gaya hidup sehat

“Kalau orang normal, makan besar itu biasanya tiga kali sehari. Mungkin ada yang empat kali. Tapi pada pasien-pasien dengan gastroparesis itu disarankan makan porsi kecil tapi sering, itu 4-5 kali per hari,” kata dia.

Selain itu, dokter akan menyarankan pasien untuk mengonsumsi makan makanan yang rendah lemak dan rendah serat.

Dia mengingatkan bahwa lemak memang dibutuhkan oleh tubuh, akan tetapi lemak tersebut harus dalam kadar yang lebih rendah contohnya daging tanpa lemak, ayam atau unggas tanpa lemak, serta ikan. Beberapa sayuran dan buah-buahan juga sangat disarankan.

“Makan yang berlemak banyak itu akan lebih lama dicerna di lambung dibandingkan dengan makan makanan yang tidak mengandung lemak. Sehingga pasien dengan gastroparesis tidak boleh makan makanan yang mengandung lemak tinggi,” kata Nenny.

Dia menambahkan pasien dengan gastroparesis juga disarankan untuk menghindari makan makanan yang dapat memperburuk gejala misalnya makan makanan pedas, minuman berkarbonat, merokok, serta minum alkohol.

Selain modifikasi diet, langkah yang tak kalah penting lainnya yaitu tetap mengontrol atau memperbaiki kadar gula darah sehingga diharapkan kondisi diabetes tidak mengalami perburukan.

Nenny mengatakan apabila keluhan tidak kunjung membaik setelah dilakukan modifikasi diet, maka dokter dapat memberikan obat-obatan yang akan membantu menghilangkan gastroparesis seperti obat-obat jenis prokinetik, eritromisin, dan lain-lain.

Apabila pasien mengalami gastroparesis dalam kondisi berat dan kemudian tidak memberi respon perbaikan terhadap modifikasi diet maupun pengobatan serta sudah jatuh ke dalam kondisi malnutrisi, maka dokter menyarankan untuk dilakukan pembedahan.

Dalam kasus yang ekstrem, tindakan seperti pemasangan suatu alat elektrik yang dapat menstimulasi pergerakan lambung atau prosedur gastric bypass dengan pemotongan pada lambung mungkin dibutuhkan untuk pasien kondisi berat.

Menurut Nenny, sejumlah penelitian menyebutkan bahwa gejala gastroparesis diabetik akan tetap menetap bahkan sampai puluhan tahun meskipun gula darahnya sudah terkontrol dengan baik. Di sisi lain ada pula penelitian yang menyebutkan bahwa gastroparesis diabetik tidak bisa disembuhkan namun bisa dimanajemen dengan baik.

“Tetapi tetap saja pasien-pasien tersebut harus diedukasi atau disarankan untuk gula darahnya supaya bagus, tujuannya adalah untuk tidak menambah lagi risiko komplikasi lainnya pada pasien tersebut,” kata Nenny.*

Baca juga: Waspada, diabetes tak selalu bergejala

Baca juga: PERSADIA: Edukasi penting untuk tingkatkan kesadaran bahaya diabetes

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022