Seoul (ANTARA News) - Para jaksa penuntut menanyai Ketua Hyundai Motor Chung Mong-Koo Senin atas tuduhan bahwa pembuat mobil teratas itu menggunakan dana tertentu bermulti-juta dolar untuk menyuap pebisnis dan pejabat. Chung menjadi fokus penyelidikan korupsi menyangkut dana tertentu yang para penuntut katakan telah digunakan oleh pembuat mobil terbesar Korea Selatan itu sejak akhir 1990-an. "Saya merasa sangat bersalah terhadap masyarakat," Chung mengatakan dalam komentar singkat kepada para wartawan setibanya di Kantor Penuntut Umum di Seoul bagian selatan, ditemani oleh lusinan staf Hyundai Motor dengan setelan gelap. "Saya akan dengan jujur menjawab semua pertanyaan di kantor penuntut," Chung menambahkan. Para penuntut mengatakan Chung dan yang lainnya di perusahaan itu mungkin menghadapi dakwaan bulan ini atau awal Mei mendatang menyangkut penghindaran pajak, penggelapan, suap dan tuduhan terkait korupsi. Harga saham pembuat mobil unggulan ketujuh dunia itu turun tajam ketika Chung dimintai keterangannya dan perusahaan itu mengungkapkan pihaknya akan menunda upacara peletakan batu pertama pembangunan sebuah pabrik baru di Eropa. Chung telah secara publik menyangkal melakukan perbuatan salah apapun namun penuntut senior Chae Dong-Wook mengatakan kepada para wartawan bahwa ia akan sangat heran jika ketua tidak menyadari penyimpangan apapun. "Pengumpulan dana tertentu atau penyimpangan bisnis dilakukan di segmen inti manajemen," ia mengatakan. Pengajuan Chung menyusul permintaan keterangan minggu lalu terhadap Chung Eui-Sun, anak laki-laki tunggalnya yang mengepalai Kia Motors, afiliasi Hyundai Motor. Hyundai Motor, bersama dengan Kia Motor, menguasai sekitar 70 persen pasar mobil negara itu. Chung yunior telah dipersiapkan untuk mengambilalih dari ayahnya yang berusia 68 tahun sebagai kepala seluruh kelompok Hyundai Motor, konglomerat terbesar kedua Korea Selatan dengan 40 afiliasi. Minggu lalu, Hyundai Motor mengeluarkan sebuah permohonan maaf publik dan keluarga Chung berjanji akan menyumbangkan sebagai amal 60 persen kepemilikan senilai sekitar satu miliar dolar di Glovis, sebuah unit Hyundai yang menjadi pusat skandal tersebut. Glovis, perusahaan transportasi dan logistik yang berafiliasi dengan Hyundai Motor, yang dituduh mengumpulkan uang dana tertentu tersebut. Para pengecam mengatakan Glovis, yang didirikan pada 2001 oleh keluarga Chung, telah bertindak sebagai kendaraan transfer kendali kelompok tersebut dari ayah-ke-anak. Dengan modal gaji hanya lima juta dolar, semuanya dari keluarga Chung, Glovis berkembang dengan cepat dan perusahaan itu kini bernilai sekitar 1,5 miliar dolar. Chung yunior dikatakan akan menjual saham di Glovis untuk meningkatkan kepemilikannya di Kia Motors sebagai bagian dari suatu struktur pemegangsaham yang rumit yang membolehkan keluarga Chung untuk melakukan penguasaan penuh atas kelompok Hyundai. Penyelidikan korupsi telah berakibat luas atas perusahaan itu, mempengaruhi dorongan ekspansi kelompok mobil tersebut. Kia Motors sebelumnya menunda upacara peletakan batu pertama pabrik baru seniali 1,2 miliar dolar di West Point, Georgia AS, tanpa batas dari yang sebenarnya dijadualkan 27 April. Hyundai Motor juga mempertimbangkan penundaan upacara peletakan batu pertama -- yang direncanakan 17 Mei -- bagi pabrik mobil di Republik Cheko. "Investasi kami di Republik Cheko akan ditunda secara tak terhindarkan dan tanpa batas jika ketua Chung tidak lagi dapat menjalankan bisnis tersebut," seorang eksekutif puncak Hyundai Motor mengatakan kepada AFP tanpa mau disebutkan jati dirinya. Hyundai Motor mengatakan bulan lalu pihaknya akan membangun pabrik Eropa pertamanya di Nosovice di Republik Cheko timur dengan investasi sekitar 800 juta hingga 1 miliar euro (963 juta-1,2 miliar dolar). Pabrik Cheko tersebut direncanakan akan mulai berproduksi pada Oktober 2008 dan mencapai kapasitas penuh sekitar 300.000 kendaraan pada 2009. Di bursa Seoul Senin, Hyundai Motor jatuh 3,30 persen menjadi 85.100 won dan Kia Motors juga jatuh 2,99 persen menjadi 19.500 won.(*)
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2006