Singapura (ANTARA) - Dolar melemah di sesi Asia pada Jumat sore, setelah aksi jual tajam semalam ketika data inflasi AS datang lebih dingin dari yang diperkirakan, meningkatkan harapan pasar puncak dari harga konsumen itu dapat meredam kampanye pengetatan moneter agresif Federal Reserve.
Yuan juga melonjak di perdagangan Asia sore setelah otoritas kesehatan China melonggarkan beberapa pembatasan COVID-19 yang berat di negara itu, termasuk mempersingkat waktu karantina untuk kasus kontak dekat dan pelancong yang masuk.
Yuan di pasar domestik menguat lebih dari 1,0 persen menyusul berita tersebut, sementara yuan luar negeri menyentuh level tertinggi 7,0592 per dolar, terkuat dalam lebih dari sebulan.
"Ini adalah sesuatu yang telah dibicarakan, tetapi fakta bahwa mereka telah melakukannya adalah langkah ke arah yang benar dalam hal pengaturan kebijakan nol-COVID," kata Moh Siong Sim, ahli strategi mata uang di Bank of Singapore, dikutip dari Reuters.
Aussie, yang sering digunakan sebagai proksi likuid untuk yuan, menguat 0,63 persen hingga menyentuh level tertinggi baru tujuh minggu di 0,6661 dolar AS. Kiwi juga mencatatkan puncak baru dua bulan di 0,6040 dolar AS.
Berita COVID China memberikan dukungan tambahan untuk sentimen risiko, dengan dolar sebagian besar menghapus upaya moderatnya untuk menutup beberapa kerugian semalam yang mendalam di awal sesi.
Euro memperpanjang lonjakan semalam 2,0 persen dan mendorong lebih jauh di atas paritas ke 1,0234 dolar, tertinggi sejak Agustus.
"Mungkin ini adalah badai kabar baik yang sempurna," kata Sim.
Data inflasi yang dirilis di AS menunjukkan bahwa indeks harga konsumen naik 7,7 persen tahun ke tahun pada Oktober, kenaikan terkecil sejak Januari dan di bawah perkiraan kenaikan 8,0 persen.
Dolar jatuh semalam setelah rilis, dan mencatat hari terburuknya terhadap yen Jepang sejak 2016, setelah jatuh 3,7 persen. Sejak itu telah memulihkan beberapa kerugian tersebut dan terakhir naik 0,46 persen menjadi 141,60 yen.
Sterling melihat kenaikan harian terbaiknya sejak 2017, melonjak lebih dari 3,0 persen semalam. Terakhir dibeli 1,1713 dolar.
Terhadap sekeranjang mata uang, indeks dolar AS merosot lebih dari 2,0 persen semalam, terbesar dalam lebih dari satu dekade. Indeks turun 0,22 persen pada 107,86 pada Jumat.
"Pergerakan semalam dalam dolar cukup tajam ... Saya pikir hasil IHK AS untuk Oktober akan mendukung kasus penurunan dalam kenaikan suku bunga FOMC pada Desember," kata Carol Kong, ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS bergerak lebih rendah semalam karena investor merevisi turun ekspektasi mereka tentang di mana suku bunga AS dapat mencapai puncaknya, dengan imbal hasil acuan obligasi pemerintah 10-tahun tergelincir di bawah 4,0 persen ke level terendah dalam lebih dari sebulan.
Dana Fed berjangka menunjukkan bahwa pasar memperkirakan peluang 71,5 persen untuk kenaikan suku bunga 50 basis poin dan peluang 28,5 persen untuk kenaikan 75 basis poin pada pertemuan Fed Desember, dibandingkan dengan peluang yang hampir merata seminggu yang lalu.
"Ada sedikit dorongan dalam rilis IHK Oktober, tetapi pola ini perlu diulang dalam beberapa bulan mendatang agar kepercayaan meningkat bahwa inflasi akan moderat menuju tren mendekati perkiraan Fed," kata ekonom di ANZ.
Juga di benak investor pada Jumat adalah gejolak yang sedang berlangsung di dunia kripto setelah bursa kripto FTX runtuh.
FTX berebut untuk mengumpulkan sekitar 9,4 miliar dolar AS dari investor dan saingan, kata seorang sumber kepada Reuters.
Mata uang kripto berada di bawah tekanan, dengan token asli FTX, FTT, terakhir 12 persen lebih rendah pada 3,272 dolar AS, telah jatuh hampir 90 persen bulan ini.
Bitcoin turun lebih dari 2,0 persen menjadi 17.161 dolar AS, setelah jatuh di bawah 16.000 dolar AS untuk pertama kalinya sejak akhir 2020 di awal pekan.
Baca juga: Yuan berbalik naik tajam 515 basis poin, jadi 7,1907 terhadap dolar AS
Baca juga: Dolar melemah di Asia, setelah inflasi AS meleset dari perkiraan
Baca juga: Dolar jatuh, dipicu data inflasi AS lebih rendah dari perkiraan
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022