Manila (ANTARA News) - Pilipina membibit sedikit-dikitnya 15.000 polisi dan membeli 120.000 senjata baru untuk menghadapi peningkatan ancaman pemberontak komunis, kata kepala polisi negara hari Senin. Arturo Lomibao menyatakan tercatat peningkatan serangan pemberontak di kantor polisi terpencil dan kurang terbela di pedesaan, yang memaksa polisi negara membuat perubahan besar dalam siasatnya menumpas pemberontak. "Kami tidak lagi sekedar memberi laporan intelijen kepada angkatan bersenjata," kata Lomibao kepada wartawan asing, "Kami sekarang menghilangkan batas dengan tentara dalam membuat siasat lebih luas untuk berbagi tanggungjawab." Reynaldo Varilla, kepala intelijen polisi, menyatakan pemberontak dari Tentara Rakyat Baru (NPA) menyerang sembilan kantor polisi sejak Januari 2006, melarikan hampir 100 senjata tanpa perlawanan dengan memakai muslihat dan kekuatan besar. Pada tahun lalu, polisi kehilangan sekitar 75 senapan serbu dan pistol dalam sekitar 10 serangan. Pemberontakan pimpinan Maois itu, yang sudah berlangsung hampir 40 tahun, menewaskan sekitar 40.000 orang dan menakuti pemodal serta wisatawan datang ke salah satu negara termiskin di Asia tenggara tersebut. NPA, diperkirakan beranggota lebih dari 7.000 orang, giat di 69 dari 79 propinsi, menyuburkan perluasan kegagalan, ketidak-adilan dan kemiskinan dalam persoalan sosial dan ekonomi negeri tersebut. Perundingan perdamaian dengan komunis itu, yang diperantarai Norwegia, mandek tahun 2004 sesudah Manila menolak membantu membujuk Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa menghapus NPA dari daftar hitam gerombolan teroris di dunia. Lomibao menyatakan ke-116.000 polisi negara memiliki sumberdaya terbatas untuk melancarkan gerakan lebih gencar menumpas NPA dan mempertahankan pos terpencilnya. Ia menyatakan polisi negara memerlukan sekitar 40.000 anggota baru untuk memenuhi syarat dunia satu polisi untuk setiap 500 warga, tapi kendala keuangan membuat hanya 3.000 calon ditampung setiap tahun untuk lima tahun mendatang. Sementara itu, pernyataan NPA kepada kantor berita menyebut pasukannya pekan lalu merampas 26 senjata dalam dua serangan. Yang pertama atas kantor polisi di kota Dinapigue, Pilipina utara, yang kedua atas detasemen milisi pendukung pemerintah didikan tentara di dekat Obando, utara Manila. Pada bulan lalu, Partai Komunis Pilipina, payung NPA, mengeluarkan pedoman ke seluruh negeri untuk meningkatkan serangan taktis guna merebut senjata lewat serbuan, sergapan dan penangkapan atas satuan dan unsur tentara, polisi, perlawanan rakyat dan satuan keamanan swasta. Dikatakannya, "Kami memerlukan tambahan senjata untuk membangun tambahan satuan tempur NPA dan meningkatkan perang rakyat." Kedua kelompok tersebut termasuk dalam daftar hitam gerombolan teroris asing Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006