Jakarta (ANTARA) - Chief Economist Citi Indonesia Helmi Arman optimistis perekonomian nasional memiliki bantalan yang memadai, sehingga akan kuat menghadapi ketidakpastian di tingkat global pada 2023 nanti.
"Kami masih cukup optimis Indonesia punya bantalan yang memadai untuk menghadapi gejolak global (2023)," kata Helmi dalam konferensi pers Paparan Kinerja Citi Indonesia Triwulan III-2022 di kawasan SCBD, Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan bantalan ini didapatkan dari masih besarnya porsi ekspor komoditas mentah Indonesia, seperti batubara, sawit, karet dan yang lainnya.
Kemudian, Indonesia memiliki momentum untuk memaksimalkan potensi ekspor komoditas batubara ke negara-negara Eropa, karena adanya pengetatan suplai gas di benua itu akibat konflik geopolitik Rusia dan Ukraina.
"Kami memperkirakan ini, karena di Eropa sedang terjadi pengetatan suplai gas, sehingga banyak negara akan beralih dari gas ke batubara," kata Helmi.
Selain itu, juga ada bantalan dari sisi ekspor industri manufaktur, yang mana sepanjang tiga tahun terakhir tumbuh cukup signifikan seiring dengan peningkatan kapasitas produksi logam dasar.
Dalam kesempatan ini, Helmi memperkirakan perekonomian Amerika Serikat (AS) akan mengalami resesi pada semester II tahun 2023, pasca terus menerus dilakukan pengetatan moneter di negara itu sepanjang tahun ini.
Lebih lanjut, dia memperkirakan The Fed akan menaikan suku bunga acuannya atau Federal Fund Rate (FFR) sampai kisaran 5,5 persen pada Mei 2023.
Dia melanjutkan resesi AS akan diikuti oleh negara- negara Eropa, baru kemudian diikuti oleh beberapa negara berkembang.
"Ekspektasi kami, tahun depan negara-negara Eropa. Karena mereka sekarang sedang mengalami tekanan inflasi sangat tinggi, dan juga ada ketegangan geopolitik," kata Helmi.
Baca juga: Kepala ekonom BRI pastikan Indonesia tahan resesi pada 2023
Baca juga: Kadin digitalisasi ekosistem usaha hadapi resesi ekonomi 2023
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022