Jakarta (ANTARA News) - Kasus Anike Wanggai -- bocah berusia empat tahun yang ikut dalam rombongan 43 WNI Papua pencari suaka ke Australia --dibicarakan dalam pertemuan antara Menteri Luar Negeri (Menlu) Hassan Wirajuda dengan Michael L`estrange, utusan khusus PM Australia John Howard. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Menlu Hassan Wirajuda kepada wartawan di Gedung Departemen Luar negeri (Deplu) Jakarta, Senin. "Kasus itu dibicarakan, Deplu menyampaikan kepada Pemerintah Australia bahwa ada kemungkinan Pemerintah Indonesia akan mengajukan hal itu jika ada permohonan dari pihak keluarga," kata Menlu. Menurut Menlu, Deplu akan menunggu surat dari keluarga Anike Wanggai untuk kemudian menentukan langkah selanjutnya. Jika surat permintaan dari keluarga Anike telah sampai di Deplu, Menlu mengatakan, penanganan kasus itu lebih terkait dengan masalah perlindungan anak. "Hal ini memang lebih mengenai masalah perlindungan anak. Di mana-mana dalam konteks seperti ini dan sesuai dengan ketentuan hukum internasional, asuhan anak itu lebih berat di tangan ibu daripada bapaknya sampai dengan usia 18 tahun," tuturnya. Kasus tersebut berawal dari adanya pernyataan dari Siti Pandera, ibu dari Anike Wanggai, bahwa anaknya yang berusia empat tahun dibawa oleh ayahnya untuk mencari suaka ke Australia. Siti bersama kerabatnya telah bertemu Pejabat Gubernur Papua Sodjuangon Situmorang di Jayapura untuk meminta agar Sodjuangon mempertemukan dirinya dengan anaknya. Siti mengatakan bahwa ia ingin bertemu dengan anaknya yang sudah terpisah dengannya selama satu tahun sejak ia bertengkar dengan suaminya, Yunus Wanggai. Dia baru mengetahui bahwa Anike berada di Australia dari tayangan berita di televisi. Ia mengaku merasa terkejut saat melihat anaknya memegang ujung bendera bintang kejora bersama dengan Yunus Wanggai dalam tayangan itu. Perempuan berusia 36 tahun itu menyatakan bahwa anak kandungnya itu tidak lagi diasuhnya sejak dua tahun terakhir dan dititipkan kepada neneknya di Jayapura, sedangkan ia sendiri tinggal di Manokwari setelah berpisah dengan Yunus Wanggai. Menurut pengakuan sang nenek, Anike diambil oleh Yunus tanpa memberitahu ke mana akan membawa Anike. Sementara itu khusus tentang keadaan ibu Anike Wanggai, yakni Siti Fadillah Wanggai, Jubir Deplu Desra Percaya mengaku telah berbicara via telepon dengan Siti pada akhir pekan lalu. "Tidak ada tekanan, Siti masih berada di Indonesia, di suatu tempat yang aman," kata Desra. Ketika ditanya apa langkah-langkah pemerintah untuk memulangkan Annike, Desra hanya menjawab, "Ada langkah lanjutan, tetapi tidak saya ungkapkan sekarang, mungkin dalam beberapa hari ke depan. Tentunya lewat jalur diplomatik."(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006