Cirebon (ANTARA News) - BUMN agroindustri PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) melalui anak perusahaannya, PT PG Rajawali II, akan memulai ujicoba produksi bahan bakar biodiesel dari biji jarak pada Juli 2006.Menurut Direktur Produksi PT RNI Dr. Ir. TG Marpaung di Cirebon Senin, pabrik biodiesel berskala kecil yang akan dibangun Mei nanti di Jatijutuh, Majalengka dimungkinkan paling lambat Juli 2006 sudah bisa melakukan ujicoba produksi dan jika berhasil selanjutnya akan dikembangkan dalam skala besar. Ia menjelaskan, skala produksi pada ujicoba nanti sekitar 100 kilogram biji jarak per jam dan biodisel yang dihasilkan akan diujicoba untuk menggerakkan mesin di pabrik gula menggantikan residu minyak. "Jika nanti sudah berkembang menjadi skala besar maka tidak menutup kemungkinan biji jarak hasil budidaya masyarakat bisa ikut terserap," katanya. Saat ini, menurut Marpaung, areal jarak di wilayah Pabrik Gula (PG) Jatitujuh dan PG Subang sekitar 700 hektar dan akan terus dikembangkan sampai 1.200 hektar. "Pabrik yang sama juga akan didirikan di Jawa Timur, dan saat ini di sana sudah ada sekitar 200 hektar kebun jarak," katanya. Salah satu hal yang perlu kajian adalah biaya panen biji jarak, karena sampai saat ini belum ada besaran yang dijadikan patokan untuk upah panen itu. "Upah panen mungkin menjadi komponen yang sangat mempengaruhi harga biji jarak sebagai bahan baku, dan memang perlu dikembangkan alat mekanisasi yang memudahkan pemanenan biji jarak itu," katanya. Berdasarkan pantauan ANTARA, saat ini harga biji jarak di Majalengka dan Indramayu masih terlampau tinggi berkisar antara Rp5.000 sampai Rp10.000 per kilogram produksinya masih sedikit dan sebatas diperuntukkan untuk benih pengembangan tanaman. Harga realistis untuk biji jarak yaitu sekitar Rp2.000 per kilogram sehingga harga Biodiesel minyak jarak berada pada kisaran Rp2.500 per liter dan Gliserin, produk ikutan biodiesel bisa mencapai Rp6.000 per liter. Sebelumnya Direktur Utama PT RNI Rama Prihandana, saat berkunjung ke Cirebon, beberapa bulan lalu mengungkapkan, selama ini pabrik gula masih menggunakan residu minyak yang harganya Rp3.850 per kilogram, sementara dari hasil penelitian harga satu kilogram minyak jarak hanya Rp2.400 per kilogram. Menurut Rama, ditargetkan sampai akhir 2006 sudah tertanam 2.400 hektar tanaman Jarak yang terbagi 1.200 hektar di lahan PG Rajawali II di Jawa Barat dan di PG Rajawali I di Surabaya. "Dari areal itu direncanakan, akan diproses 30 ton biji jarak per hari, jika angka rendemen 35 persen, maka akan dihasilkan 10,5 ton minyak jarak per hari yang bisa menggantikan bahan bakar residu minyak," katanya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006