Garut (ANTARA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melakukan penelitian kondisi tanah di Kecamatan Singajaya, Kabupaten Garut, Jawa Barat untuk mengetahui tingkat potensi tanah longsor dan tanah bergerak sebagai upaya mitigasi bencana di daerah itu.

"Tim dari PVMBG ini untuk memeriksa kondisi tanah di Singajaya itu rawan pergerakan tanah atau bagaimana, saat ini sedang diteliti dulu," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut Satria Budi di Garut, Rabu.

Ia menuturkan petugas dari PVMBG memeriksa setiap kontur tanah, kondisi rumah, termasuk tempat-tempat seperti kondisi empang dan lainnya yang dinilai berpotensi terjadi tanah bergerak di Desa Pancasura dan Sukawangi, Kecamatan Singajaya.

"Jadi semua lokasi tanah di sana diperiksa, termasuk kondisi balong apakah ada di atas (dataran tinggi) juga diperiksa untuk memastikan kondisinya berbahaya atau bagaimana," katanya.

Ia menyampaikan hasil penelitian di daerah itu belum dapat diketahui. Petugas dari PVMBG masih melakukan pengkajian untuk memutuskan daerah mana saja yang berpotensi bahaya bencana longsor.

Baca juga: BNPB: Tanah longsor di Kabupaten Garut lebih tinggi dari banjir

Hasil penelitian PVMBG itu, kata dia, akan menjadi dasar Pemkab Garut dalam menentukan kebijakan larangan membangun rumah dan juga merelokasi rumah warga yang berada di kawasan bahaya bencana longsor atau tanah bergerak.

"Kami dalam menentukan kebijakan relokasi itu harus ada dasarnya, yaitu ada rekomendasi terkait kondisi daerah di sana," kata dia.

Sub Koordinator Pemodelan Pemetaan dan Gerakan Tanah PVMBG Yohandi Kristiawan menyampaikan penelitian tersebut untuk memastikan di Kecamatan Singajaya itu berpotensi bencana longsor dan tanah bergerak.

Khususnya, kata dia, daerah yang sebelumnya dilanda bencana longsor untuk diteliti dan dianalisa kondisinya hingga akhirnya nanti hasilnya akan disampaikan ke Pemkab Garut.

Hasil kajian sementara, lanjut dia, peristiwa longsoran di Kecamatan Singajaya salah satu faktornya karena banyaknya bebatuan lunak, kemudian dipicu juga oleh hujan.

"Faktor geologi dan banyak sekali bebatuan lunak, tanah longsor juga dipicu oleh curah hujan yang cukup tinggi," katanya.

Baca juga: Banjir dan tanah longsor berdampak pada 3.702 warga di Garut
Baca juga: Tanah longsor ancam puluhan rumah di Cilawu Garut
Baca juga: Wabup Garut: Warga harus mengungsi hindari bahaya retakan tanah

Pewarta: Feri Purnama
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022