Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengenalkan karakter Arek Surabaya melalui film dokumenter sejarah berjudul "Soera Ing Baja Gemuruh Revolusi 1945".
"Filosofinya sama bagaimana semangat pahlawan di Kota Surabaya ini terus membara," kata Cak Eri panggilan akrab Eri Cahyadi di Surabaya, Rabu.
Film yang diproduksi Televisi Republik Indonesia (TVRI) Jawa Timur bekerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dan Komunitas Begandring Soerabaia itu akan tayang pada Desember 2022.
Bahkan, seusai sukses pada debut pertamanya dalam film Jati Diri Soekarno atau Koesno, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi kembali didapuk untuk memerankan tokoh Presiden Republik Indonesia (RI) Pertama Ir. Soekarno dalam film Soera Ing Baja.
Baca juga: Wali kota: Film "Soera Ing Baja" tentang perjuangan 10 November 1945
Cak Eri mengatakan, yang penting dalam film tersebut adalah mengingat bagaimana perjuangan pahlawan di Surabaya dengan budaya Arek bisa mempertahankan kemerdekaan.
"Semangat ini yang saya ambil, karena saya yakin kemerdekaan bisa melawan kemiskinan dan kebodohan," kata dia.
Melalui film Soera Ing Baja Gemuruh Revolusi 1945, Cak Eri mengaku ingin memperkenalkan Kota Surabaya di tingkat nasional dan internasional melalui karakter ketegasan dan logat bahasa komunikasi masyarakat yang khas.
"Bahwa Surabaya memiliki pendirian yang keras tetapi memiliki hati yang lembut, bahasanya los gak rewel (tidak banyak bicara). Karena logat orang Surabaya tidak bisa ditirukan oleh orang lain (luar Surabaya). Maka, saya butuh karakter dari orang-orang Surabaya," ujar dia..
Sebab, lanjut dia, dengan produksi film dokumenter, para generasi milenial harus bisa meluruskan sejarah. Dia mencontohkan, seperti film Koesno yang diproduksi dan telah ditayangkan pada 13 Agustus 2022 lalu, anak-anak di Surabaya akhirnya mengetahui sejarah bahwa Presiden RI Pertama Ir. Soekarno lahir di Kota Surabaya, bukan di Kota Blitar.
Baca juga: Wali Kota Eri jelaskan filosofi digelarnya Parade Surabaya Juang
"Generasi milenial inilah yang harus meluruskan sejarah," ujar Cak Eri.
Sementara itu, Ketua Komunitas Begandring Soerabaia Nanang Purwono menjelaskan mengenai makna dan filosofi dari judul film Soera Ing Baja Gemuruh Revolusi 1945. Menurut dia, pemilihan judul tersebut sangat tepat karena mampu mengaktualisasikan sifat orang-orang yang tinggal di Kota Surabaya.
"Seperti saat ini Pemkot Surabaya memiliki slogan Suroboyo Wani, ini adalah aktualisasi dari Soera Ing Baja yang secara harfiah adalah bahasa Sansekerta yang artinya Berani Menghadapi Bahaya," kata Nanang.
Aktualisasi sikap melalui film Soera Ing Baja Gemuruh Revolusi 1945, bisa diketahui bahwa orang-orang Kota Surabaya berani mempertahankan kedaulatan kemerdekaan dan berani menghadapi sekutu bersenjata. Tekad dan semangat itulah yang diterangkan dalam sebuah film yang berjudul Soera Ing Baja Gemuruh Revolusi 1945.
Baca juga: Wali Kota Eri kenalkan batik Surabaya di "Karnaval Nang Tunjungan"
"Bagaimana anak-anak muda mengisi kemerdekaan dan meraih cita-cita terdahulu ketika para pendahulu mempertahankan kemerdekaan. Kita mengisi kemerdekaan dengan visualisasi karya masa depan, yang bersumber pada nilai-nilai keberanian anak-anak Surabaya," kata dia.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022