"Saya tentu mengapresiasi, bahagia, dan berbangga Indonesia menjadi negara Asia Pasifik pertama yang menerima pengakuan aksi iklim. Ini artinya Indonesia makin konkret dalam penanganan perubahan iklim," kata Muhaimin dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Dia menilai dalam prestasi tersebut terdapat pula peran masyarakat, termasuk masyarakat adat, dalam menjaga lahan dan hutan secara berkelanjutan.
Perubahan iklim merupakan ancaman global yang dampaknya akan dirasakan seluruh dunia tanpa terkecuali, katanya.
Hal itu dibuktikan dengan adanya sains dan studi kualitatif yang tidak bisa dibantah bahwa bumi semakin panas, cuaca ekstrem, permukaan air laut naik, dan potensi banjir dalam skala ekstrem.
Baca juga: Bank Dunia sediakan fasilitas bantuan untuk risiko bencana iklim
"Semuanya akibat dari perubahan iklim. Perubahan iklim adalah ancaman katastropik atau mematikan bagi keberlanjutan dan kemakmuran semua negara dan semua penduduk dunia," jelasnya.
Muhaimin mengaku akan berkomitmen untuk terus mengampanyekan politik hijau, yaitu politik untuk pemerataan ekonomi, serta berjuang menyelamatkan lingkungan hidup, mengatasi perubahan iklim, dan memastikan keadilan antar-generasi.
Dia menyebutkan dua solusi untuk mengatasi perubahan iklim, yaitu perubahan kebijakan dan perilaku yang harus dilaksanakan berbarengan.
"Perubahan di sisi negara tidak cukup tanpa diimbangi perubahan perilaku masyarakat. Jadi, perubahannya itu dari sisi supply dan sisi demand," katanya.
Muhaimin juga meyakini dengan cara-cara tersebut, pada tahun 2030, Indonesia akan menambah sumber energi bersumber dari matahari, angin, dan sumber-sumber energi terbarukan lainnya.
Baca juga: Inggris tawarkan pinjaman untuk negara rentan dampak perubahan iklim
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022