Istanbul (ANTARA) - Turki telah mulai membayar sebagian gas alamnya dari Rusia dalam rubel, kata Menteri Energi Turki Fatih Donmez pada Selasa (8/11/2022).
Dalam sebuah wawancara dengan penyiar TRT Haber, Donmez mengatakan bahwa dalam beberapa bulan mendatang bagian pembayaran mata uang lokal dalam perdagangan energi dengan Rusia akan meningkat.
Rusia, yang terkena sanksi Barat atas invasinya ke Ukraina, semakin meminta pembeli energinya untuk membayar dalam rubel untuk membantu meningkatkan mata uangnya. Sebagian besar kesepakatan energi internasional diselesaikan dalam dolar AS atau euro.
Turki juga mencoba untuk meningkatkan perdagangan menggunakan lira, yang telah dihantam oleh kebijakan moneter yang tidak ortodoks.
Ankara dan Moskow sepakat pada September untuk memulai pembayaran rubel untuk pasokan gas alam.
Ketika ditanya tentang proposal Presiden Rusia Vladimir Putin untuk pusat gas alam di Turki, Donmez mengatakan Ankara akan menyusun peta jalan pada akhir tahun ini dan mungkin mengadakan konferensi untuk pemasok dan pembeli.
"Kita bisa mengadakan konferensi gas internasional, mungkin pada Januari atau Februari, untuk mempertemukan pemasok gas dan negara-negara importir guna mengambil pendapat mereka, kami akan melanjutkan sesuai dengan itu," kata Donmez.
Bulan lalu, Putin mengusulkan Turki sebagai basis pasokan gas sebagai rute alternatif setelah jaringan pipa Nord Stream di bawah Laut Baltik rusak akibat ledakan. Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan dia setuju dengan gagasan itu.
Uni Eropa, yang sebelumnya mengandalkan Rusia untuk sekitar 40 persen dari kebutuhan gasnya, sedang berusaha untuk melepaskan diri dari energi Rusia setelah invasi ke Ukraina pada Februari.
Baca juga: IEA: Dunia dalam "krisis energi global pertama yang sesungguhnya"
Baca juga: Iran akan ekspor 40 turbin gas buatan dalam negeri ke Rusia
Baca juga: Putin tawarkan tambahan pasokan gas ke Eropa
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022