Doha (ANTARA News) - Sekitar 70 negara produsen dan konsumen minyak dunia hari Minggu memulai pertemuan dua hari mereka dalam suatu Forum Energi di Doha, guna menggali langkah-langkah untuk menghambat harga minyak mentah yang terus memecahkan rekor.
Para peserta pada Forum Energi Internasional (FEI) tersebut diperkirakan juga membicarakan berbagai isu seperti investasi yang lebih besar guna meningkatkan produksi minyak dan juga kapasitas pengilangan, mempromosikan berbagai langkah menghemat energi serta mempertinggi transparansi pasar minyak melalui `data sharing`, kata para pejabat, seperti dilaporkan Kyodo.
Sebanyak 70 negara itu termasuk anggota dari Organaisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), konsumen minyak Badan Energi Internasional (IEA) dan negara-negara berkembang utama seperti Cina, Rusia dan juga India, di mana permintaan energinya terus meningkat tajam.
Berbicara pada sesi pembukaan forum tersebut di Doha, ibukota Qatar, Menteri Industri, Perdagangan dan Ekonomi Jepang, Toshihiro Nikai menyerukan kepada negara-negara pemasok untuk mengembangkan ladang-ladang baru, sementara mendesak negara-negara konsumen untuk terus mengembangkan bermacam teknologi hemat energi, kata para pejabat tersebut.
Dalam serangkaian pertemuan dengan para menteri energi dari Arab Saudi dan negara-negara produsen minyak utama lainnya, Nikai akan bertukar pandangan mengenai bagaimana mempertajam hubungan kemitraan ekonomi Jepang dengan negara-negara tersebut , kata mereka.
Forum tersebut diselenggarakan dua hari setelah harga patokan minyak mencapai 75,35 dolar AS per barel di New York pada Jumat lalu, merupakan rekor tinggi baru, yang dipicu oleh situasi internasional yang memanas seputar krisis program nuklir Iran dan ketidakstabilan politik di Nigeria.
Negara-negara konsumen utama, termasuk Amerika Serikat, diminta oleh negara-negara produsen minyak untuk memperbaiki investasi berbagai fasilitas ladang minyak dan menyusun sebuah `road map` yang dijadwalkan.
Negara-negara anggota OPEC juga menyerukan kepada negara-negara konsuamen untuk mempertinggi kapabilitas kilang-kilang minyak mereka.
Sementara itu, FEI (IMF) dalam pertemuan pertama mereka di Paris pada 1991 memperkenalkan dialog antara negara-negara konsumen dan produsen menyusul Perang Teluk Persia.
IEF, yang berkantor pusat di Riyadh, ibukota Arab Saudi, mengkoordinasikan berbagai upaya untuk saling berbagi data mengenai ekspor, impor dan inventaris minyak di antara 100 negara.
Para peserta forum tersebut juga diperkirakan secara tidak resmi membahas mengenai program nuklir Iran, kata para pejabat itu. (*)
Copyright © ANTARA 2006