"Perubahan iklim dan krisis yang dipicunya sudah lama menjadi keadaan darurat kesehatan yang jelas. WHO dan mitra-mitranya telah lama memperingatkan tentang hal itu," ujar Kluge, seraya mendesak para partisipan Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP27) yang sedang berlangsung di Mesir untuk bertindak dengan lebih cepat dan lebih koheren.
Untuk menghindari peningkatan paparan dan kerentanan terhadap gelombang panas dan peristiwa cuaca ekstrem lainnya, Kluge menyerukan dilakukannya langkah-langkah mitigasi dan adaptasi drastis yang dapat mengatasi perubahan iklim dan meningkatkan kesehatan individu, masyarakat, dan planet.
Dia memperingatkan bahwa suhu ekstrem dapat menyebabkan tekanan panas yang menjadi penyebab utama kematian yang berkaitan dengan cuaca di Eropa.
Berdasarkan data negara, WHO menyebutkan bahwa jumlah kematian yang berkaitan dengan cuaca panas mencapai 15.000 pada 2022, papar Kluge.
Tahun lalu, peristiwa cuaca dan iklim yang berefek tinggi seperti banjir dan badai berdampak langsung terhadap lebih dari setengah juta orang, sebut Kluge.
Menurut Kluge, organisasinya berniat untuk "menggunakan kekuatan kolektif negara-negara anggota WHO untuk mengintegrasikan kesehatan ke dalam rencana perubahan iklim mana pun."
"Kita harus melakukannya sekarang jika ingin mencegah krisis iklim berubah menjadi bencana iklim permanen untuk kawasan dan seluruh planet kita," kata Kluge.
Pewarta: Xinhua
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022