"Saya kehilangan keyakinan dalam kejuaraan ini selama satu jam setelah balapan di Sachsenring tapi setelah itu saya tahu bahwa masih ada kesempatan untuk menjadi juara dunia," kata Bagnaia.
"Kami mencoba menganalisis semuanya, di rumah juga, untuk melihat apa yang harus diperbaiki, kenapa saya jatuh dan membuat begitu banyak kesalahan, dan sejak momen itu kami melakukan sesuatu yang luar biasa."
Kesabaran Bagnaia membuahkan hasil sementara Quartararo justru didera sejumlah penampilan buruk.
Sang pebalap Prancis, yang memenangi tiga balapan pada paruh pertama musim, belum meraih kemenangan lagi sejak di Jerman serta gagal finis tiga kali.
Di sisi lain, Bagnaia merasakan empat kemenangan beruntun untuk menyalip Aleix Espargaro dan Enea Bastianini di klasemen.
Posisi Quartararo sebagai pemuncak klasemen mulai terancam ketika Bagnaia meraih tiga podium lagi.
Sang pebalap Yamaha kembali ketiban sial dan gagal mendulang poin ketika Marc Marquez menabraknya di Aragon.
Baca juga: Bagnaia petik pelajaran dari Q2 untuk duel penentuan di Valencia
Ia sadar motor M1 tak bisa menandingi kecepatan Ducati di lintasan lurus, dan di Australia Quartararo harus menyerahkan pimpinan klasemen ke Bagnaia setelah terjatuh di Phillip Island.
Setelah itu Bagnaia meraih kemenangan sempurna di Malaysia di saat Quartararo finis podium untuk memaksa pertarungan gelar juara dunia dilanjutkan ke Valencia.
Membutuhkan tiga poin saja atau finis 14 besar, Bagnaia tahu tugasnya cukup mudah pada balapan penutup musim namun tak ingin gegabah atau membuat kesalahan konyol di Ricardo Tormo.
Setelah sempat bersenggolan dengan Quartararo di lintasan, Bagnaia cukup mempertahankan posisinya dan melintasi finis di peringkat sembilan untuk merebut trofi juara dunia 2022.
Bagnaia disambut para fan dan kru tim Ducati yang turut melakukan selebrasi di lintasan, sebelum mengenakan kaus dan bendera bernomor 1 sebagai sang juara.
"Saya melihat banyak yang menangis, dan itu luar biasa. Saya juga menangis," kata dia.
"Ini adalah kemenangan yang luar biasa karena saya merasakan beban di pundak saya untuk membawa titel kembali ke tim saya, ke Ducati, dan ke Italia.
"Ketika saya bicara dengan Vale (Rossi), dia mengatakan bahwa saya harus bangga memiliki kesempatan ini, tidak setiap orang bisa merasakan hal yang sama.
"Benar bahwa Anda merasakan tekanannya, merasakan betapa cemasnya, takut, tapi Anda harus bangga dengan itu, senang memilikinya, dan mencoba menikmatinya.
"Saya mencoba melakukan itu dan sebenarnya pada hari ini saya tak mampu, tapi jujur saya sangat senang memikirkan siapa kami miliki sebagai seorang mentor dan pemimpin."
Baca juga: Serba serbi juara dunia MotoGP 2022 Francesco Bagnaia
Baca juga: Bagnaia atau Quartararo? Juara dunia MotoGP ditentukan di Valencia
Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2022