Jakarta (ANTARA News) - Ribuan warga Jakarta dan sekitarnya yang terdiri dari berbagai etnik dan komponen masyarakat berdemonstrasi menolak RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi, sejak dari kawasan Monumen Nasional hingga bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Sabtu.
Ribuan anggota masyarakat itu melakukan aksinya secara cukup tertib dengan membentangkan berbagai spanduk yang memuat aneka pesan, di antaranya "Stop!! RUU APP Bisa Memecah-belah Bangsa" atau "Jangan Jajah Perempuan". Selain itu, mereka juga berorasi dari mobil-mobil yang berjalan di antara para demonstran.
Selain itu, aksi itu juga memperagakan berbagai baju daerah dari seantero Indonesia yang banyak mempertunjukkan area-area terbuka dari tubuh pemakainya; semisal koteka dari Papua yang hanya sebentuk cawat dari bahan sejenis ijuk di sekeliling pinggang pemakainya.
Di antara para demonstran itu, juga ada mantan Ibu Negara, Shinta N Wahid, yang dikelilingi beberapa tokoh perempuan, yaitu artis dangdut nomor wahid, Inul Daratista, dan perempuan aktivis, Gadiz Arivia. "Siapa pun menolak dan mengutuk pornografi dalam berbagai bentuk. Tapi caranya jangan seperti ini yang bisa membahayakan kehidupan bangsa," kata Wahid di tengah rombongan.
Dalam demonstrasi sejak pagi hingga lewat siang hari itu, para demonstran juga membagi-bagikan selebaran dan bunga-bunga mawar kepada setiap pelintas jalan sebagai tanda ajakan agar mendukung penolakan terhadap RUU APP itu.
Setiba di bundaran Hotel Indonesia, mereka menghentikan gerakannya sementara waktu untuk berkonsolidasi sambil mengajak siapa pun mendukung aksinya. Di situlah rombongan yang membawa barongsai memperagakan aksinya.
Selama menjalankan aksi demonstrasi, tidak ada gangguan keamanan dari pihak manapun karena --sekali pun dikawal polisi -- sebelumnya, mereka mendapat kabar bahwa aksinya itu akan mendapat perlawanan dari kelompok-kelompok masyarakat tertentu berbasis agama tertentu.
Inul Daratista yang kerap mendapat sorotan darin penggemar dan tokoh dangdut nasional, Rhoma Irama, karena dinilai gemar memperagakan gerakan seronok nan erotis, menyatakan kekhawatirannya bila RUU APP itu jadi diberlakukan.
Salah satu alasannya, adalah mendudukkan perempuan pada posisi obyek yang bukannya terlindungi namun terancam jika dianggap melanggar butir-butir RUU APP itu.
RUU APP yang rencananya akan diberlakukan dalam waktu tidak terlalu lama lagi selama ini banyak mendapat tentangan. Hari ini, di satu harian nasional, dibentang iklan layanan masyarakat dalam ukuran besar yang juga memuat nama sejumlah tokoh penentang pemberlakuan RUU APP itu.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006