semakin banyak orang beralih ke energi terbarukanJakarta (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengatakan perubahan terjadi semakin cepat untuk mendorong pengurangan emisi dan meningkatkan adaptasi salah satunya dengan semakin banyak orang bertransisi ke energi baru terbarukan.
"Laju perubahan semakin cepat dengan semakin banyak orang beralih ke energi terbarukan dan berbagai langkah lain yang akan mengurangi emisi dan meningkatkan upaya adaptasi," tutur Menteri LHK Siti dalam pembukaan Indonesia Pavilion COP-27 di Sharm el-Sheikh, Mesir yang diikuti virtual dari Jakarta, Minggu malam.
Menurut Menteri LHK, hal itu dapat dilihat dari bagaimana masyarakat sipil, sektor swasta dan pemerintah menerjemahkan visi bersama itu menjadi rencana dan strategi pembangunan nasional jelang agenda 2030.
"Dalam beberapa dekade terakhir peran pemerintah regional dan lokal sudah berubah yaitu berbagi tanggung jawab dengan aktor-aktor lokal seperti akademisi, bisnis, organisasi masyarakat sipil serta gerakan di akar rumput," katanya.
Baca juga: IESR desak negara G20 prioritaskan energi surya capai NZE
Baca juga: PLN punya 8,5 gigawatt pembangkit energi baru terbarukan
Ia menjelaskan, peningkatan peran penting komponen sosial tersebut telah diwujudkan dalam bentuk inisiatif bisnis seperti tanggung jawa sosial perusahaan atau corporate social responsibility dan kolaborasi antara bisnis dan pemerintah.
Namun, dia menyoroti bahwa aksi bersama untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim masih terbatas karena beberapa faktor termasuk dimensi politik dalam pengambilan keputusan dan perbedaan kepentingan antara prioritas lingkungan hidup dan sosial ekonomi.
Untuk itu, menurut Siti, edukasi untuk menggalang dukungan publik serta peran akademisi dan pakar diperlukan untuk kebijakan yang mendukung lingkungan hidup.
Baca juga: Ini jurus Kalla Group dukung pengembangan EBT
Ia menjelaskan, peningkatan peran penting komponen sosial tersebut telah diwujudkan dalam bentuk inisiatif bisnis seperti tanggung jawa sosial perusahaan atau corporate social responsibility dan kolaborasi antara bisnis dan pemerintah.
Namun, dia menyoroti bahwa aksi bersama untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim masih terbatas karena beberapa faktor termasuk dimensi politik dalam pengambilan keputusan dan perbedaan kepentingan antara prioritas lingkungan hidup dan sosial ekonomi.
Untuk itu, menurut Siti, edukasi untuk menggalang dukungan publik serta peran akademisi dan pakar diperlukan untuk kebijakan yang mendukung lingkungan hidup.
Baca juga: Ini jurus Kalla Group dukung pengembangan EBT
Baca juga: Sri Mulyani sebut Indonesia perlu ciptakan kemandirian energi
Aksi bersama untuk perubahan iklim membutuhkan pihak yang memimpin aksi tersebut, karena itu tema yang dipilih dalam Indonesia Pavillion di Konferensi Iklim PBB COP-27 tahun ini adalah "Stronger Climate Action Together".
Indonesia sendiri memiliki pendirian kuat untuk mencapai tujuan jangka panjang yang perlu dicapai untuk kesejahteraan masyarakat.
"Kami telah membagi dan akan selalu membagi pencapaian dari apa yang telah dijanjikan dan implementasinya yang bisa dilakukan pihak lain," kata Siti.
Dia mendorong setiap negara untuk bekerja sama dan berkolaborasi demi mencapai tujuan iklim global demi menyelamatkan bumi.
Baca juga: PT Bukit Asam bangun PLTS ekspansi ke bisnis energi terbarukan
Aksi bersama untuk perubahan iklim membutuhkan pihak yang memimpin aksi tersebut, karena itu tema yang dipilih dalam Indonesia Pavillion di Konferensi Iklim PBB COP-27 tahun ini adalah "Stronger Climate Action Together".
Indonesia sendiri memiliki pendirian kuat untuk mencapai tujuan jangka panjang yang perlu dicapai untuk kesejahteraan masyarakat.
"Kami telah membagi dan akan selalu membagi pencapaian dari apa yang telah dijanjikan dan implementasinya yang bisa dilakukan pihak lain," kata Siti.
Dia mendorong setiap negara untuk bekerja sama dan berkolaborasi demi mencapai tujuan iklim global demi menyelamatkan bumi.
Baca juga: PT Bukit Asam bangun PLTS ekspansi ke bisnis energi terbarukan
Baca juga: Indef: Kapasitas dan pertumbuhan energi terbarukan Indonesia rendah
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022