Jakarta (ANTARA) - Dokter subspesialis Vitreo-retina JEC Eye Hospitals and Clinics dr. Ferdiriva Hamzah, SpM(K) menjelaskan bahwa seseorang dengan mata silinder pun dapat menjalani operasi lasik mata.
Baca juga: Dokter: Gula darah tidak terkontrol dapat sebabkan kelainan retina
“Bisa (mata silinder dan minus). Jadi lasik itu bisa untuk menghilangkan minus dan silinder. Jadi sekaligus bisa. Misal kita minus dua silinder satu, dua-duanya hilang. Berkurang lah kita bilangnya dengan lasik,” jelas Ferdiriva saat dijumpai di Jakarta Pusat, Sabtu.
Lebih lanjut, Ferdiriva menjelaskan bahwa lasik umumnya bersifat permanen. Namun apabila minus kembali setelah melakukan lasik, maka hal tersebut kemungkinan diakibatkan oleh perkembangan bola mata yang belum berhenti.
“Begini. Biasanya orang yang lasik lalu minus kembali itu bisa jadi karena dia waktu dilasik, memang kan perkembangan bola mata kan biasanya umumnya stop di 18 tahun minusnya sudah nggak nambah lagi. Nah mungkin dia belum stop terus lasik, jadi minusnya bisa kembali lagi,” ungkap Ferdiriva.
“Tapi bukan berarti misalnya sebelumnya dia minus 5 terus kembali jadi minus 5 lagi. Itu sangat jarang. Lasik umumnya permanen sih. Jadi bukan lasik terus tumbuh lagi. Cukup jarang sih,” sambungnya.
Jika seseorang ingin melakukan operasi lasik, Ferdiriva mengatakan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pasien. Misalnya tidak mengganti kacamata dalam satu tahun, dan sudah berusia 18 tahun ke atas.
“Yang perlu dilakukan sebelum lasik nomor satu dia tidak menggonta-ganti kacamata dalam setahun. Usianya sudah 18 tahun ke atas. Terus dia harus lepas softlens selama 2 minggu,” ujarnya.
Kendati demikian, Ferdiriva menjelaskan bahwa tidak semua orang bisa melakukan lasik. Sebab, terdapat beberapa kondisi yang tidak memungkinkan pasien untuk menjalani lasik.
"Lalu nggak semua orang bisa dilasik. Karena kita harus periksa dulu ketebalan kornea dan lain sebagainya. Kalau ditemukan ada gangguan atau kelainan di kornea atau di retina, atau ada penyakit mata lain, itu nggak bisa dilasik. Jadi memang harus screening dulu semuanya,” paparnya.
“Minus satu sampai minus 14 itu masih bisa dilasik. Lebih dari itu nggak bisa. Karena makin tinggi minus maka yang ditembakkan ke mata akan semakin banyak. Semakin banyak maka kornea akan makin tipis. Bayangin saja kalau sudah semakin banyak nanti korneanya kenapa-napa. Jadi memang minus 14 biasanya maksimal. Biasanya ada tindakan lain untuk lebih dari itu seperti tanam lensa dan lain sebagainya,” pungkas Ferdiriva.
Baca juga: Pentingnya periksa kesehatan mata sejak dini
Baca juga: Memberi rangsangan pada bayi dapat cegah mata juling
Baca juga: Mengenal penyakit Diabetik Makular Edema
Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022