180 bank sampah yang mungkin hanya tersisa papan namaYogyakarta (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta memanfaatkan Klinik Bank Sampah yang baru dibuka sebagai salah satu upaya mengaktifkan kembali kegiatan di bank sampah yang mati suri.
“Dari 565 bank sampah yang terbentuk, tidak semuanya aktif. Ada sebanyak 180 bank sampah yang mungkin hanya tersisa papan nama saja dan tidak menjalankan aktivitas apapun,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Sugeng Darmanto di Yogyakarta, Jumat.
Oleh karenanya, lanjut Sugeng, agar keberadaan ratusan bank sampah tersebut semakin optimal untuk membantu pengelolaan dan pengurangan sampah, maka disiapkan Klinik Bank Sampah untuk menyehatkan bank sampah yang tidak aktif.
Menurut Sugeng, bank sampah yang tidak aktif bisa terjadi karena beberapa faktor, di antaranya pengurus yang disibukkan dengan aktivitas pekerjaan atau kegiatan lainnya.
“Bisa juga ditinggalkan tokoh yang dulunya berinisiatif membangun bank sampah atau terjadi pergantian pengurus RW. Hal-hal ini kelihatan sederhana tetapi perlu penanganan yang tepat,” katanya.
Baca juga: DLH Yogyakarta manfaatkan aplikasi pemetaan tandai lokasi bank sampah
Baca juga: DLH sebut 20 persen bank sampah di Yogyakarta belum optimal
Oleh karenanya, lanjut Sugeng, salah satu fokus utama pemulihan aktivitas bank sampah yang terhenti adalah dengan memberdayakan kembali masyarakat dalam kegiatan bank sampah.
“Bisa melalui kelurahan atau kecamatan. Kegiatan harus dibangkitkan lagi supaya bank sampah kembali beraktivitas optimal,” katanya.
Sugeng menambahkan, bank sampah juga akan diminta untuk meningkatkan pengelolaan sampah, tidak hanya sampah anorganik tetapi sampah organik.
Pemerintah Kota Yogyakarta juga mengalokasikan anggaran Rp15 juta per kelurahan untuk pengelolaan sampah. Anggaran tersebut diarahkan untuk digunakan dalam berbagai kegiatan pengelolaan sampah mulai dari pelatihan dan pengelolaan sampah organik.
“Anggaran tidak hanya digunakan untuk belanja modal saja. Kalau hanya digunakan untuk belanja modal, maka anggaran akan habis tetapi jika digunakan untuk kegiatan pelatihan dan pemberdayaan, maka bisa memberi dampak lebih panjang,” katanya.
Baca juga: Bank sampah Yogyakarta sulap sampah menjadi barang seni
Oleh karenanya, lanjut Sugeng, salah satu fokus utama pemulihan aktivitas bank sampah yang terhenti adalah dengan memberdayakan kembali masyarakat dalam kegiatan bank sampah.
“Bisa melalui kelurahan atau kecamatan. Kegiatan harus dibangkitkan lagi supaya bank sampah kembali beraktivitas optimal,” katanya.
Sugeng menambahkan, bank sampah juga akan diminta untuk meningkatkan pengelolaan sampah, tidak hanya sampah anorganik tetapi sampah organik.
Pemerintah Kota Yogyakarta juga mengalokasikan anggaran Rp15 juta per kelurahan untuk pengelolaan sampah. Anggaran tersebut diarahkan untuk digunakan dalam berbagai kegiatan pengelolaan sampah mulai dari pelatihan dan pengelolaan sampah organik.
“Anggaran tidak hanya digunakan untuk belanja modal saja. Kalau hanya digunakan untuk belanja modal, maka anggaran akan habis tetapi jika digunakan untuk kegiatan pelatihan dan pemberdayaan, maka bisa memberi dampak lebih panjang,” katanya.
Baca juga: Bank sampah Yogyakarta sulap sampah menjadi barang seni
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022