"Tanpa Partai Komunis China (Communist Party of China/CPC), tidak akan ada China yang baru," demikian lirik sebuah lagu China terkenal yang dinyanyikan secara spontan oleh Duta Besar (Dubes) Argentina untuk China Sabino Vaca Narvaja dalam sesi wawancara dengan Xinhua belum lama ini.
Lagu yang diciptakan pada 1943 untuk memuji sikap dan kebijakan CPC yang peduli pada rakyat tersebut dapat didengar di seluruh penjuru China.
Dengan menyanyikan lagu itu, sang dubes mengungkapkan rasa hormatnya kepada CPC dan apresiasinya terhadap visi Presiden China Xi Jinping tentang tata kelola dan isu-isu global.
Mengingat adanya berbagai tantangan yang sedang dihadapi dunia, membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia yang diusulkan oleh Xi memiliki signifikansi khusus, kata dubes tersebut.
Hanya melalui kerja sama negara-negara akan mampu mengatasi kesulitan, ujar Vaca Narvaja.
Lahir di Cordoba, kota terbesar kedua di Argentina, Vaca Narvaja telah mengabdikan diri pada kajian China sebelum menjabat sebagai dubes pada 2021. Dia mendirikan sebuah program penelitian tentang kerja sama China-Argentina di Universitas Nasional Lanus di negara Amerika Selatan tersebut, dan menyunting beberapa buku tentang hubungan antara China dan Argentina serta China dan Amerika Latin.
Di atas meja sang dubes, terdapat beberapa buku tentang China. Dua di antaranya, versi bahasa Spanyol dan Inggris dari buku berjudul "Xi Jinping: Tata Kelola China" (Xi Jinping: The Governance of China), tampak menonjol.
Dimasukkannya konsep membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia ke dalam buku itu merupakan hal yang sangat penting, tutur Vaca Narvaja. "Bagi saya, ini merupakan konsep yang sangat komprehensif karena mengandung semangat untuk mencari skema yang harmonis dan mencari solusi bersama."
Saat menguraikan pemahamannya soal konsep tersebut, Vaca Narvaja menyebutkan tiga kata, yaitu harmoni, keberagaman, dan masa depan.
Multilateralisme yang dimasukkan ke dalam konsep ini memungkinkan "semua negara untuk didengar, termasuk negara kecil, besar, (dan) menengah," kata sang dubes.
Konsep itu juga membela nilai dari menghormati keberagaman dunia, dan "masa depan umat manusia berkaitan dengan filosofi ini," imbuh sang dubes menekankan.
Pada Februari lalu, Presiden Argentina Alberto Fernandez melawat ke China. Kedua negara tersebut menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) untuk bersama-sama mendukung pembangunan Sabuk Ekonomi Jalur Sutra dan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21. Kedua pihak meneken sejumlah dokumen kerja sama di berbagai bidang, termasuk infrastruktur, ilmu pengetahuan, teknologi, dan pertukaran antarmasyarakat.
Seraya menyatakan bahwa banyak negara berkembang tengah menghadapi permasalahan struktural, Vaca Narvaja menuturkan bahwa sejumlah inisiatif yang melibatkan proyek-proyek infrastruktur untuk meningkatkan konektivitas akan membantu "mengurangi ketidakseimbangan dan asimetri dalam pembangunan."
Pada Juli, sang dubes mengunjungi sebuah desa terpencil di Provinsi Sichuan, lalu menceritakan kepada masyarakat Argentina tentang pembangunan desa-desa di China lewat film dokumenter.
CPC menjadikan "kesejahteraan rakyat" sebagai tujuannya, motivasi yang telah dipromosikan oleh Presiden Xi ke seluruh dunia, kata Vaca Narvaja, seraya menekankan bahwa konsep pembangunan komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia mencerminkan "tujuan mendasar Partai Komunis China, yakni melayani rakyat."
Oleh karena itu, di mata Vaca Narvaja, Xi adalah pemimpin yang peduli tidak hanya pada rakyat China tetapi juga masyarakat di seluruh dunia.
Pada Februari, sang dubes berpartisipasi dalam pertemuan antara Xi dan Presiden Argentina Alberto Fernandez. Di akhir sesi tersebut, Vaca Narvaja mengatakan, dalam bahasa Mandarin, "Tanpa Partai Komunis China, tidak akan ada China yang baru." Xi menanggapinya dengan senyuman, sembari berkata, "Disampaikan dengan baik sekali. Terima kasih atas dukungan Anda."
"Memang kepemimpinan Partai Komunis China-lah yang membawa negara tersebut menuju kemakmuran," ujar dubes Argentina itu.
(Reporter Xinhua Huang Shunda, Liu Yuchen, Chen Yin, Li Jiaxu, Fan Haoyu, Xu Liang, dan Pang Jie di Beijing turut berkontribusi untuk artikel ini.)
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2022