Singapura (ANTARA) - Yuan melonjak pada Jumat sore di tengah spekulasi bahwa China akan melonggarkan langkah-langkah anti-COVID yang ketat, sementara dolar AS merosot namun berada di minggu terbaiknya dalam lebih dari sebulan karena suku bunga AS diperkirakan akan terus lebih tinggi.
Yuan di pasar internasional melonjak lebih dari 1,0 persen di sesi Asia ke puncak satu minggu di 7,2441 per dolar, dan terakhir diperdagangkan 7,2621.
Pasar China menerima dorongan luas dari laporan Bloomberg News bahwa inspeksi awal AS atas audit perusahaan China telah selesai lebih awal. Laporan tersebut mengutip sumber yang mengetahui proses inspeksi, dan meningkatkan harapan bahwa otoritas AS puas.
Tetapi para pedagang mengatakan dorongan paling kuat untuk yuan berasal dari spekulasi bahwa China dapat melonggarkan pembatasan anti-COVID, yang telah melumpuhkan aktivitas ekonomi.
"Pasar mata uang adalah barometer yang paling mudah diakses untuk mencerna sentimen risiko China tanpa menjadi terlalu rumit," kata Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management.
"CNH (yuan di pasar luar negeri) akan memberi tahu Anda jika investor sedang panas atau dingin di pasar China. Dan seperti yang biasanya terjadi, jenis pergerakan risk on yang ditunjukkan oleh yuan akan memiliki daya tarik magnetis di seluruh pasar Asia."
Di tempat lain, dolar mundur dari lonjakan semalam yang memukul euro dan Aussie ke level terendah dalam hampir dua minggu.
Euro naik 0,29 persen menjadi 0,9778 dolar, sementara kiwi naik 0,68 persen menjadi 0,5815 dolar AS. Dolar Australia naik 0,86 persen menjadi 0,6342 dolar AS, lebih lanjut didukung oleh sentimen positif di China, karena Aussie sering digunakan sebagai proksi likuid untuk yuan.
Sterling naik 0,52 persen pada 1,1217 dolar, meskipun itu tidak banyak menghapus penurunan 2,0 persen semalam setelah penilaian serius terhadap prospek pertumbuhan Inggris dan perubahan nada dari bank sentral Inggris (BoE) pada ekspektasi suku bunga.
Pound juga menuju kerugian mingguan lebih dari 3,0 persen, terbesar sejak gejolak pasar September dipicu oleh rencana ekonomi yang mengkhawatirkan investor.
Sementara BoE menaikkan suku bunga terbesar sejak 1989 pada Kamis (3/11/2022), ia memperingatkan investor bahwa risiko resesi terpanjang Inggris dalam setidaknya satu abad berarti biaya pinjaman kemungkinan akan naik kurang dari yang mereka harapkan.
"Sudah agak lama bahwa BoE enggan menaikkan suku bunga ... di lingkungan saat ini," kata Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang di National Australia Bank, sambil memperingatkan bahwa inflasi "masih terlalu tinggi".
Suku bunga Fed berjangka sekarang menunjuk ke suku bunga terminal sekitar 5,15 persen pada pertengahan 2023, setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar tiga perempat poin persentase minggu ini.
Sementara investor pada awalnya menyambut sinyal bahwa bank sentral mungkin mendekati titik belok dalam kampanye pengetatan kebijakan moneter yang agresif, Ketua Fed Jerome Powell dengan cepat meredam harapan, dengan mengatakan bahwa "sangat prematur" untuk membahas kapan Fed mungkin menghentikan kenaikannya.
Terhadap sekeranjang mata uang, indeks dolar AS turun 0,37 persen menjadi 112,55 di perdagangan Asia pada Jumat, setelah mencapai puncak hampir dua minggu di 113,15 semalam. Meskipun demikian, dolar berada di jalur untuk kenaikan mingguan mendekati 2,0 persen -- terbesar sejak September.
Investor mengalihkan perhatian mereka ke data pekerjaan utama AS yang akan dirilis pada Jumat waktu setempat, dengan ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan data penggajian nonpertanian menunjukkan peningkatan 200.000 pekerjaan pada Oktober.
"Kejutan terbalik pada data akan memperkuat postur suku bunga terminal Fed yang lebih tinggi dan mempertahankan tawaran dolar AS, tetapi angka yang lebih lemah dapat membebani dolar," kata Christopher Wong, ahli strategi mata uang di OCBC.
Puncak yang lebih tinggi dalam suku bunga AS juga menimbulkan lebih banyak rasa sakit bagi yen Jepang, yang telah menjadi korban melebarnya perbedaan suku bunga sebagai akibat dari sikap dovish bank sentral Jepang.
Yen terakhir 0,25 persen lebih kuat pada 147,89 per dolar, dengan pergerakan mata uang baru-baru ini relatif lebih tenang di tengah kekhawatiran tentang intervensi lebih lanjut dari otoritas Jepang.
Baca juga: Dolar menguat, dipicu ekspektasi suku bunga AS bisa lebih tinggi lagi
Baca juga: Yuan merosot 6 hari beruntun, menjadi 7,2555 terhadap dolar AS
Baca juga: Dolar AS melonjak setelah sikap Fed yang "hawkish"
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022