Tangerang (ANTARA) - Farmakolog molekular Dr Raymond Tjandrawinata mengatakan belum ada perusahaan dari dalam negeri yang memproduksi penawar toksisistas Etilen glikol (EG) dan Dietilen glikol (DEG).

Baca juga: BPOM: Pemasok pelarut obat sirop di Indonesia berasal dari Thailand

"Yang kami tahu belum ada perusahaan dalam negeri untuk penawar toksisitas EG dan DEG," kata dia di sela pameran Inovasi Teknologi Farmasi dan Alkes Indonesia di ICE, BSD City, Tangerang, Jumat.

Menurut Raymond, membutuhkan waktu relatif lama untuk memproduksi obat penawar karena harus melalui sejumlah tahap seperti formulasi dan analisis.

"Kalaupun sekarang ada enggak bisa langsung dibuat. Kita buat obat farmasi kan butuh waktu untuk formulasi, analitikal, itu butuh waktu paling sedikit enam bulan," ujar dia.

Baca juga: Polri sasar produsen obat sirop mengandung EG dan DEG

Sebelumnya, Pemerintah memperoleh sebanyak 246 vial Fomepizole dari Singapura, Australia dan Jepang dengan sebagian besar atau 87 persen berasal dari donasi. Kementerian Kesehatan sudah mendistribusikan obat ini pada 17 rumah sakit di 11 provinsi.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengatakan pertimbangan pemberian Fomepizole karena adanya perbaikan kondisi pasien setelah diberikan terapi pengobatan ini.

"Ini membuktikan pengobatannya efektif menyembuhkan dan mengurangi perburukan gejala," kata dia.

Menurut Syahril, pemberian obat ini berdasarkan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengindikasikan penyebab gagal ginjal karena cemaran EG dan DEG.


Baca juga: Pakar: Perbanyak minum air putih jika telanjur konsumsi Etilen Glikol

Baca juga: PT Kalbe nyatakan tak gunakan etilen glikol patuhi standar BPOM

Baca juga: Menkes sebut ada 245 kasus gangguan ginjal akut di 26 provinsi

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022