Denpasar (ANTARA) - Persatuan Insinyur Indonesia (PII) menginisiasi terbentuknya Engineering20 (E20) agar dapat ditetapkan menjadi salah satu forum dialog (engagement group) baru dalam ajang Presidensi G20.
"Kita sepakat dalam mendukung acara G20, membentuk suatu platform atau suatu kerja sama yang pada intinya bersama-sama mencari solusi atas masalah-masalah yang dihadapi dunia," kata Ketua Umum PII Danis Hidayat Sumadilaga di Kabupaten Badung, Kamis.
Danis Hidayat menyampaikan hal tersebut usai penandatanganan Deklarasi/Communique inisiasi terbentuknya Engineering20 (E20) yang juga dihadiri secara langsung delegasi persatuan insinyur dari Jepang, Malaysia, dan India itu serta diikuti secara daring perwakilan negara lainnya.
E20 akan berfungsi sebagai platform kolaborasi para insinyur dari negara G20 untuk menghasilkan kerja nyata solusi terhadap berbagai tantangan global.
Prakarsa E20 ini ditelurkan awal 2022 dan PII telah mensosialisasikan melalui World Federation of Engineering Organisations (WFEO) dan telah pula melakukan serangkaian kegiatan webinar internasional dengan menghadirkan narasumber para insinyur dari negara-negara anggota G20.
Sebelumnya pada 25 Oktober 2022 juga telah dilaksanakan pertemuan E20 Pre-Summit sebagai forum untuk perumusan draft Deklarasi/Communique E20.
"Kita (para insinyur-red) betul-betul mencoba mengatasi masalah-masalah yang dunia, seperti yang berkaitan dengan masalah green economy, transformasi digital, masalah kesehatan, dan juga paling sangat penting adalah yang berhubungan dengan ketahanan pangan," ucapnya.
Menurut dia, dalam perkembangan dunia itu sering dilupakan bahwa banyak sekali dipengaruhi oleh sentuhan atau karya-karya insinyur dalam berbagai bidang yakni mulai dari bidang kesehatan (vaksin), teknologi pertanian, infrastruktur, material dan sebagainya.
"Ternyata kita harus menyadari bahwa peranan insinyur sangat menentukan. Oleh sebab itu, kami sepakat bagaimana insinyur dapat menjadi lead atau melakukan kepemimpinan untuk menjawab masalah-masalah yang dihadapi dunia, yang pada akhirnya untuk kemaslahatan dunia," ujarnya.
Namun, Danis Hidayat menekankan, hal yang paling penting dilakukan untuk mewujudkan tujuan tersebut harus dilakukan secara bersama-sama atau dengan kolaborasi.
Prakarsa Indonesia untuk membentuk Engineering20 (E20) diharapkan dapat diperkenalkan pada ajang G20 Presidensi G20 pada 15-16 November.
Pihaknya berharap diperkenankan dan diberikan waktu untuk menyampaikan langsung tentang Deklarasi E20 kepada Presiden Joko Widodo dan juga Perdana Menteri India saat Presidensi G20 Indonesia.
Ia menambahkan, perjuangan perintisan E20 untuk ditetapkan forum dialog baru dari Presidensi G20 masih harus disetujui oleh seluruh asosiasi insinyur dari negara-negara G20 lainnya.
Asosiasi insinyur India (Institution of Engineers India) pun telah menyatakan komitmennya untuk meneruskan prakarsa E20 ini dalam periode Presidensi G20 India pada 2023 dan akan mengajak 13 asosiasi insinyur negara G20 lainnya untuk segera memberikan dukungan.
Sementara itu Sekretaris Jenderal PII Bambang Goeritno bersama E20 Executive Commitee Purba Robert Mangapul Sianipar menambahkan, PII melakukan berbagai aktivitas mendukung ketahanan pangan dan penggunaan energi terbarukan.
Untuk ketahanan pangan dengan pilot model kawasan sentra sorghum di Kabupaten Sumba Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat bekerjasama dengan Kementerian PUPR, Kementerian Pertanian, dan para pemangku kepentingan lainnya di daerah tersebut.
PII juga merencanakan pilot model energi terbarukan dengan menggunakan solar panel di lokasi IKN Nusantara.
"Sangat penting kerja sama yang saling menguntungkan demi kemaslahatan dunia. Contohnya persoalan perubahan iklim itu persoalan serius yang segera harus dicarikan solusi, bukan hanya retorika," katanya.
Baca juga: Menko Airlangga: PII berperan capai energi bersih dan teknologi pintar
Baca juga: Musisi bantu membumikan isu Presidensi G20
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022