Shenzhen (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia dan China dijadwalkan menandatangani kesepakatan pembangunan pembangkit 10.000 MW pada Sabtu (22/4). Penandatanganan kesepakatan akan dilakukan dalam pertemuan Wapres Jusuf Kalla dan Wapres China, Zeng Qinghong, di Boao, Hainan, China. Saat ini, draf kesepakatannya tengah dibahas secara insentif tim pemerintah yang dipimpin Menneg BUMN Sugiharto dengan pihak China di Beijing. "Kalau pembahasannya selesai hari ini, maka diharapkan Sabtu (22/4) bisa disepakati," kata Wapres yang tengah berada di Shenzhen, China, Jumat dalam rangkaian kunjungan kenegaraannya ke negara tersebut. Menurut Wapres, kesepakatan tersebut bersifat antar pemerintah (g to g) dan akan berupa satu paket baik peralatan maupun dukungan pendanaannya. "Kesepakatan ini akan semakin menstabilkan ekonomi karena akan menghemat pemakaian BBM hingga Rp40 triliun per tahun," kata Jusuf Kalla. Wapres menambahkan, China memiliki kemampuan dan menawarkan harga pembangkit yang rendah. "Mereka memberi harga 700.000 dolar AS per MW yang jauh lebih rendah dari pembangkit sejenis negara lain yang satu juta dolar AS per MW," katanya. Pembangkit yang dibangun, lanjutnya, nantinya didisain serupa, sehingga akan memudahkan dalam perawatan dan pengadaan suku cadangnya. Pada hari ini, Wapres Jusuf Kalla mengunjungi dan mendapat penjelasan dari pimpinan perusahaan teknologi informasi Huawei Technologies dan ZTE Telecommunication Corporation. Turut mendampingi Menteri Perdagangan Mari Pangestu, Kepala BPKM Muhammad Lutfi, Dirut PT Telkom Tbk Arwin Rasyid, Dirut Bank Mega Chairul Tandjung, Ketua Komisi VII DPR Agusman Effendi, dan Ketua Komisi VI DPR Didik Rachbini. Menurut pimpinan Huawei, Sun Yafang, Huawei yang produknya berupa nirkabel, network, perangkat lunak, dan terminal pada tahun 2005 memiliki kontrak 8,2 miliar dolar AS yang 58 persen di antaranya adalah ekspor. "Huawei memiliki 35.000 tenaga kerja yang 48 persen di antaranya bekerja di riset dan pengembangan dengan lebih dari 100 kantor cabang di seluruh dunia," jelas Sun Yafang. Pada 17 Maret 2006, Huawei menandatangani MoU dengan Pemerintah Indonesia dalam pemanfaatan teknologi komunikasi pedesaan. Sedang, ZTE Telecommunication Corporation yang merupakan perusahaan telekomunikasi terbesar di China pada tahun 2004 total penjualannya mencapai 4,1 miliar dolar AS. ZTE yang produknya seperti Huawei telah menjalin 39 proyek kerja sama dengan Indonesia. Selanjutnya, usai makan siang, Wapres bertolak menuju Hainan guna melanjutkan kunjungan ke propinsi tersebut selama dua hari. Di Hainan, Jusuf Kalla akan menjadi pembicara kunci di Boao Forum dan bertemu Wapres China Zeng Qinghong sebagai pertemuan puncak dari rangkaian kunjungan kenegaraan Wapres di China. Hainan menjadi kota terakhir kunjungan kenegaraan Wapres ke China selama lima hari dari 18-22 April 2006. (*)
Copyright © ANTARA 2006