"Diedukasi supaya orang jangan takut diperiksa. Kalau ketahuan di stadium satu kemungkinan sembuh besar. Kebanyakan orang tahu di stadium tiga atau empat, kemungkinan meninggalnya besar," ujar dia di Citeureup, Bogor, Jawa Barat, Rabu.
Baca juga: Pentingnya Sadari bagi penyintas kanker payudara dan wanita usai haid
Pemeriksaan terkait kanker payudara ini salah satunya mammografi yakni tes pemindaian untuk melihat gambaran kelenjar payudara dan jaringan di sekitarnya. Budi mencatat, dari sebanyak 3200 rumah sakit di Indonesia, baru sekitar 200 rumah sakit yang memiliki fasilitas mammogram.
Menkes mengatakan, data menunjukkan insiden kanker payudara di Indonesia mencapai 44 per 100.000 orang atau lebih rendah ketimbang negara lain seperti Australia dan Singapura. Namun, berdasarkan angka fatalitas, orang yang meninggal dunia di Indonesia tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan negara lain.
"Ini karena kita tidak bisa mendeteksi lebih awal. Pemeriksaan mammografi dilakukan di rumah sakit. Rumah sakit kita ada 3200, yang ada ada mammogram 200," kata Menkes.Selain pemeriksaan terkait kanker payudara, Budi juga mendorong masyarakat mendapatkan edukasi agar dapat melakukan tes kesehatan lain seperti tekanan darah untuk mendeteksi dini hipertensi. Dia ingin agar sekitar 300.000 posyandu di Indonesia memiliki alat pengukur tekanan darah mobile yang dilengkapi fitur bluetooth.
Baca juga: Pentingnya deteksi dini kanker payudara
Dia mengatakan, edukasi ini menjadi bagian upaya promotif dan preventif yang dilakukan Kementerian Kesehatan, guna menjaga orang sehat tetap sehat.
Menurut Budi, Kementerian Kesehatan selama ini fokus pada kuratif yang tak lain menyembuhkan orang sakit. Padahal, sambung dia, dari sisi biaya kesehatan secara total maupun kualitas hidup, lebih baik intervensi dilakukan di hulu, bukannya hilir.
"Kalau kita jaga orang jangan sampai cuci darah, itu jauh lebih baik kualitas hidupnya daripada orang sampai cuci darah," kata dia.
Terkait deteksi dini kanker payudara, selain mammografi, pakar kesehatan menyarankan para wanita juga melakukan pemeriksaan payudara sendiri atau SADARI dan mewaspadai adanya benjolan. Pemeriksaan SADARI sebaiknya dilakukan tujuh hingga 10 hari setelah menstruasi agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Perempuan yang berusia lebih dari 40 tahun (direkomendasikan sejak usia 25 tahun) hendak melakukan pemeriksaan klinis payudara secara rutin ke dokter. Sementara bagi perempuan berusia 20-an tahun dapat mengunjungi dokter satu kali tiap dua tahun dan usia 30-an sekali setahun.
Baca juga: Peringati Bulan Kanker, Good Doctor donasikan 150 ribu masker
Baca juga: Kombinasi USG payudara-mammografi deteksi keganasan sampai 95 persen
Baca juga: Mitos dan fakta seputar kanker payudara
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022