Samarinda (ANTARA News) - Populasi Pesut Mahakam (Orcealla Brevirostris) di pedalaman Kaltim, salah satu satwa langka yang hanya hidup di tiga belahan dunia, yakni Sungai Mahakam, Sungai Irawady dan Sungai Mekong, kini populasinya terus menurun bahkan diperkirakan kurang dari 50 ekor. "Perkiraan itu, karena saat kami melakukan penelitian beberapa tahun silam, jumlahnya hanya sekitar 50 ekor, namun dengan tingginya tingkat pencemaran serta terus padatnya aktifitas lalu-lintas sungai menjadi faktor penyebab populasi satwa ini terus menurun," kata salah seorang staf BKSDA Samarinda, Hardi Purnama, di Samarinda, Kamis. Ia menjelaskan bahwa sekitar akhir 1990-an ia bersama seorang peneliti dari Belanda, yakni Daniella Kreb melakukan penelitian terhadap mamalia yang menyerupai lumba-lumba namun hidup di air tawar di pedalaman Mahakam. Ia menuturkan bahwa dengan menggunakan metode kemunculan pada kawasan yang dianggap sebagai habitat satwa ini selama tiga bulan dalam melakukan survei, yakni di Sungai Mahakam, khususnya sekitar Sungai Pela (sebuah lokasi di Sungai Mahakam) maka diperkirakan populasi satwa ini hanya sekitar 50 ekor.Tingkat pencemaran di Sungai Mahakam cukup tinggi karena banyak industri perkayuan, industri lem dan batu bara sepanjang sungai terpanjang di Kaltim itu. Ia menambahkan bahwa makanan satwa langka ini adalah udang dan ikan sehingga dengan maraknya penangkapan ikan di Sungai Mahakam dengan menggunakan berbagai alat dan cara, maka bisa dipastikan satwa ini pun harus "bertarung" dengan manusia untuk bisa bertahan hidup. "Dalam beberapa kasus dilaporkan bahwa satwa ini ditemukan mati akibat jaring masyarakat yang dipasang di sungai, karena sama dengan manusia, maka satwa ini berburu pada lokasi yang banyak ikannya," kata Hardi. Satwa dewasa bisa mencapai berat satu sampai 1,5 kuintal biasanya berenang dalam sebuah kelompok, yakni tiga, lima atau tujuh ekor serta menyukai air dengan kedalaman antara sembilan sampai 12 meter. "Pelestarian satwa ini sangat penting karena selain populasinya terus terancam akibat perubahan kualitas habitatnya, juga dilaporkan bahwa mamalia sejenis di Sungai Mekong dan Irawady sudah punah," katanya. Kehidupan Pesut Mahakam memang penuh misteri karena belum lama ini dilaporkan bahwa petugas BKSDA di Malinau menemukan satwa sejenis Pesut Mahakam yang mati terluka diduga akibat terkena baling-baling kapal di Sungai Malinau. Kasus ditemukan bangkai Pesut Mahakam di kawasan itu merupakan penemuan sangat berarti bagi ilmu pengetahuan dan pelestarian satwa langka itu karena ternyata di Kaltim, satwa ini tidak hanya hidup di Sungai Mahakam namun juga Sungai Malinau. Bahkan, beberapa peneliti satwa langka ini mengklaim menemukan populasi Pesut Mahakam di Pesisir Balikpapan, padahal lingkungan di kawasan itu merupakan ekosistem air payau/laut. Para peneliti itu bersikeras bahwa yang mereka temukan adalah Pesut Mahakam karena moncong/hidungnya pendek, sedangkan lumba-lumba berbentuk botol atau panjang. Sampai kini keberadaan Pesut Mahakam di kawasan pedalaman Kaltim itu masih misteri, meskipun ada teori yang menyatakan bahwa satwa ini merupakan mamalia laut yang terjebak di ekosistem air tawar akibat terjadi pertumbuhan delta yang menjadi daratan.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006