Jakarta (ANTARA) - Pelaksana Tugas Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) R Hendrian mengatakan teknologi dan hasil riset memiliki peranan penting untuk mengembangkan sektor industri halal di Tanah Air.
Hendrian menuturkan State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report pada 2022 melaporkan bahwa Indonesia menempati peringkat kedua dunia sebagai negara pengguna produk halal. Namun, ekspor produk halal Indonesia hanya 3,8 persen dari pasar halal dunia.
"Ketimpangan ini membutuhkan dorongan teknologi dan inovasi agar lebih memudahkan pelaku usaha memproduksi produk halal lokal yang bersaing," kata Hendrian dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin.
Baca juga: BRIN teliti biosimilar insulin untuk ciptakan obat diabetes
Ia mengatakan kesadaran masyarakat dunia terhadap produk halal terus tumbuh bahkan menjadi gaya hidup, tidak terkecuali Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi Muslim terbesar di dunia.
"Tingginya permintaan akan produk halal telah mendorong berkembangnya industri halal, yang kemudian berkembang menjadi perspektif baru dalam perkembangan bisnis," ujar Hendrian.
Oleh karena itu, BRIN telah menghasilkan berbagai hasil riset dan inovasi untuk mendukung industri halal, terutama pada riset terapan yang dapat dimanfaatkan pelaku usaha dan masyarakat, di antaranya metode pengemasan makanan, alat deteksi halal pada beberapa jenis pangan, dan alat deteksi alkohol.
BRIN juga mengajak para penghasil teknologi berkolaborasi dengan pelaku usaha dalam mengembangkan sektor industri halal nasional.
Baca juga: BRIN sediakan fasilitas riset dan inovasi secara terbuka
Kepala Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan BRIN Satriyo Krido Wahono menuturkan riset halal masih terus dilakukan di BRIN dengan sejumlah fokus seperti pendeteksian bahan dan inovasi pengembangan bahan substitusi.
"Ketika (bahan) masih mentah, sudah ada riset deteksi dan ada SNI-nya, analisis gold standard-nya sudah ada. Namun ketika sudah diolah, sudah mengalami perubahan struktur, ada kesulitan untuk mendeteksi. ini yang menjadi concern (perhatian) untuk dikembangkan lebih jauh," ujarnya.
Ia mengatakan target ke depan untuk riset halal adalah menghasilkan deteksi cepat namun zero tolerance terhadap kandungan nonhalal.
Baca juga: BRIN lakukan riset autentikasi halal pada produk pangan
Selain itu, BRIN juga fokus pada riset substitusi bahan halal atau bahan impor. Menurut Satriyo, perlu inovasi teknologi untuk menggantikan bahan impor yang saat ini masih mendominasi dengan produk lokal yang belum tereksplorasi seperti produk maritim.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022