Magelang (ANTARA News) - Sejumlah warga lereng Gunung Merapi Kabupaten Magelang menemukan kotoran hewan di beberapa tempat kawasan puncak di ketinggian sekitar 2.200 meter dari permukaan air laut (mdpl), Kamis (20/4) sebagai pertanda binatang hutan gunung itu belum turun. "Artinya, hewannya masih ada disini, belum turun," kata Sarmin (51) warga Dusun Gemer Desa Ngargomulyo Kecamatan Dukun Magelang di kawasan Watu Semar Gunung Merapi di Magelang, Kamis, saat bersama sejumlah warga lain termasuk wartawan ANTARA News mendaki Merapi untuk melihat langsung situasi kawasan puncak gunung berapi yang statusnya naik dari Waspada ke Siaga Merapi. Ia memperkirakan kotoran hewan itu antara satu hingga dua hari terakhir sehingga relatif belum lama hewan Merapi berada di kawasan itu. Watu (Batu,Red) Semar adalah sebongkah batu dengan diameter sekitar lima meter hasil muntahan Merapi Tahun 2001, berada di ketinggian sekitar 700 meter dari puncak gunung yang terletak di perbatasan Jateng dengan D.I. Yogyakarta. Gunung Merapi setinggi sekitar 2.911 mdpl. Bongkahan batu di pertemuan hulu Kali Putih dengan Blongkeng itu kondisinya terpecah, dan oleh masyarakat setempat disebut Watu Semar karena bentuknya mirip Semar dalam tokoh pewayangan. Sekeliling Watu Semar berupa endapan material dari puncak Merapi yang kini telah ditumbuhi lumut. Sarmin yang saat kecil sering mencari rumput untuk ternaknya hingga di kawasan itu mengatakan, berbagai binatang hutan Merapi yang masih ada hingga saat ini antara lain kijang, harimau, kera, musang dan aneka jenis burung. Jika hewan hutan terutama kijang dan harimau itu turun ke dekat perkampungan penduduk, katanya, ikhwal itu pertanda kuat bahwa Merapi bakal meletus. Merapi meletus terakhir Februari 2001 dengan mengeluarkan awan panas yang disebut warga sebagai "wedhus gembel". Ceceran kotoran hewan terutama kijang dan musang terlihat di beberapa tempat terutama kawasan Watu Semar. Pada Kamis (20/4) sekitar pukul 06.30 WIB puncak Merapi di sekitar hulu Sungai Blongkeng, Lamat dan Kali Putih terlihat mengeluarkan asap tebal membumbung ke langit. Namun, sekitar pukul 08.00 WIB puncak Merapi tertutup arak-arakan kabut bersama dengan munculnya sinar terang matahari. Sejumlah warga yang melihat langsung kondisi terakhir puncak Merapi hingga sekitar pukul 10.00 WIB tidak mendengar suara guguran material vulkanik dari puncak Merapi. Terlihat dalam jarak relatif jauh dari Watu Semar sejumlah truk mengangkut pasir yang ditambang secara manual oleh masyarakat di kawasan Jurang Jero atau aliran Kali Putih. Pegiat lingkungan dari Kelompok Gerakan Masyarakat Cinta Air (GMCA) Merapi Kabupaten Magelang yang turut bersama warga ke kawasan itu, V. Kirdjito mengatakan, telah menemukan tiga aliran kali baru rata-rata setinggi dua meter dengan lebar empat meter di atas hulu Sungai Blongkeng. Watini, seorang warga lainnya mengatakan, hingga kini tidak khawatir terhadap kemungkinan terjadinya bencana Merapi. Ia dan keluarganya yang tinggal di Desa Ngargomulyo, sekitar delapan kilometer dari puncak Merapi hingga saat ini belum melakukan persiapan evakuasi. Warga lainnya, Maryono mengatakan, pemberitaan media massa tentang status Merapi saat ini seakan-akan menjadikan orang takut terhadap bencana Merapi.Kewaspadaan terhadap bahaya Merapi, katanya, memang perlu dilakukan tetapi bukan berarti masyarakat harus panik menghadapi kemungkinan letusan Merapi. Sepanjang jalur pendakian Dusun Gemer hingga Watu Semar terlihat masyarakat melakukan aktivitas keseharian seperti mencari rumput dan kayu bakar. Para warga itu saat turun dari Watu Semar untuk kembali ke desanya juga mencari rumput untuk ternaknya. Sejak 12 April 2006 Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian yang berkantor di Yogyakarta meningkatkan status Merapi dari Waspada ke Siaga Merapi karena terjadi peningkatan secara signifikan aktivitas vulkanik gunung berapi yang dikenal dunia bertipe awan panas. Berbagai persiapan evakuasi warga sekitar Merapi telah dilakukan pemda setempat antara lain pembukaan tempat-tempat pengungsian, pendirian tenda darurat di berbagai tempat dan sarana transportasi evakuasi serta logistik lainnya. Petugas dari berbagai pos pengamatan Merapi telah meningkatkan aktivitasnya terkait status Siaga Merapi. Tingkatan aktivitas vulkanik Merapi adalah Aktif Normal, Waspada, Siaga dan Awas. Data Pemda Kabupaten Magelang, sebanyak 29.863 warga tinggal di 21 desa paling dekat dengan puncak Merapi.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006