Peluncuran standar terbaru MSC datang pada saat kebutuhan kritis dan mendesak untuk mengakhiri penangkapan ikan yang berlebihan sambil menjaga pasokan pangan bagi populasi global yang berkembang sangat pesat
Bogor (ANTARA) - Marine Stewardship Council (MSC) meluncurkan standar baru sertifikasi berkelanjutan perikanan tangkap alam versi 3.0, hasil tinjauan paling mendalam dari sisi kelautan dan praktik terbaik perikanan.
CEO MSC, Rupert Howes dalam keterangan tertulisnya diterima di Bogor, Jawa Barat, Minggu, mengatakan standar baru itu berkaitan dengan meningkatnya tekanan pada perikanan, ekosistem laut dan kebutuhan pangan dari penangkapan ikan yang berlebihan, perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati
"Peluncuran standar terbaru MSC datang pada saat kebutuhan kritis dan mendesak untuk mengakhiri penangkapan ikan yang berlebihan sambil menjaga pasokan pangan bagi populasi global yang berkembang sangat pesat," kata Rupert Howes.
Ia pun mengapresiasi mengapresiasi komitmen, keterlibatan dan pandangan yang telah disampaikan oleh industri, manajer perikanan, konservasionis dan ilmuwan dalam kontribusi mereka untuk standar baru MSC.
"Penangkapan ikan berkelanjutan adalah upaya global yang melibatkan industri perikanan, pemerintah, ilmuwan, konservasionis, ritel, brand dan konsumen, semuanya memiliki peran penting," ujarnya.
Dirinya meyakini, persyaratan terbaru akan mendorong kemajuan dalam penangkapan ikan yang berkelanjutan, membantu mengatasi kebutuhan mendesak untuk melestarikan laut sembari menjaga pasokan pangan bagi populasi global yang terus bertambah.
"Peluncuran standar baru berarti bahwa perikanan yang menangkap makanan hasil laut yang dijual dengan label biru MSC akan tetap menjadi pemimpin dalam penangkapan ikan yang berkelanjutan, melangkah lebih jauh untuk melindungi satwa laut, stok ikan, dan ekosistem," paparnya.
Standar baru juga telah disederhanakan untuk memastikan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti, serta mengurangi kompleksitas.
Standar ini mencakup definisi baru dan perlindungan yang lebih besar bagi spesies yang terancam punah, terancam dan dilindungi (Endangered, Threteaned and Protected–ETP).
Standar ini juga memperkenalkan kebijakan baru untuk meningkatkan kepercayaan bahwa sirip hiu tidak ada dalam perikanan bersertifikat MSC dan menempatkan tanggung jawab yang lebih besar pada perikanan bersertifikat MSC untuk mencegah dan mengurangi dampak sampah dari alat tangkap, yang dikenal sebagai ghost gear.
Selain itu, standar terbaru ini juga menetapkan persyaratan yang lebih kuat untuk pemantauan dan pengawasan yang efektif dari operasional penangkapan ikan, khususnya di laut lepas, dan untuk perjanjian internasional tentang strategi tangkap untuk melindungi stok ikan bersama.
Standar baru ini merupakan puncak dari penelitian, konsultasi publik dan pengujian selama lebih dari empat tahun, MSC meninjau lebih dari 600 masukan dari para pemangku kepentingan dengan keahlian di bidang perikanan, konservasi laut, sertifikasi dan makanan hasil laut.
"Kami merasa terhormat dengan tingkat komitmen dan pandangan yang disampaikan oleh kelompok-kelompok yang berbeda ini dalam kontribusi mereka untuk mengembangkan Standar Perikanan MSC ini," kata Rupert Howes.
Menurutnya, standar perikanan MSC yang baru menjadi tolok ukur global untuk mendorong perubahan nyata dan berkelanjutan terkait cara penangkapan ikan di lautan dengan percaya diri mengakui dan memberi insentif pada perikanan, yang merupakan pemimpin dunia dalam keberlanjutan.
"Keterlibatan pemangku kepentingan pada tingkat tinggi ini menunjukkan rasa urgensi kolektif untuk melindungi laut kita dan menjaga pasokan makanan laut ke masa depan dan pengakuan atas peran yang dapat dimainkan MSC dalam mempercepat transformasi ini melalui keterlibatan mitra kami," ujarnya.
Saat ini, lebih dari 530 perikanan yang mewakili 15 persen tangkap laut alam global disertifikasi berdasarkan Standar Perikanan MSC. Namun, dengan lebih dari sepertiga stok ikan dunia ditangkap secara berlebihan, yang mengakibatkan hilangnya manfaat laut sebesar USD 88,9 miliar setiap tahun, dan sekitar 20 persen spesies laut terancam punah.
Maka, menurutnya lebih banyak yang perlu dilakukan untuk melindungi stok ikan dan lautan. Keanekaragaman hayati penting bersama dengan orang-orang dan ekonomi yang bergantung padanya.
Menanggapi tantangan ini, MSC telah berkomitmen untuk mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Global (SDG’s) dengan ambisi melibatkan sepertiga tangkapan makanan hasil laut dunia dalam programnya pada tahun 2030. Dirilisnya Standar Perikanan MSC versi 3.0 menjadi dasar untuk upaya ini.(KR-MFS).
Baca juga: PNBP perikanan tangkap semester I-2022 hampir lampaui 2021
Baca juga: Nelayan dan pelaku usaha perikanan tangkap datangi KSP
Baca juga: KKP tekankan Kepmen 19/2022 jadi acuan pengelolaan perikanan
Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022