Jakarta (ANTARA) - Peneliti senior Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (Centris) AB Solissa mengatakan momentum pertemuan KTT G20 dapat menjadikan Indonesia sebagai negara besar.
"Ini momentum yang baik bagi Jokowi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara besar di kancah global. Peran penting ini harus bisa dimanfaatkan oleh Presiden Joko Widodo," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.
Selain itu, pertemuan pemimpin-pemimpin negara di acara KTT G20 di Bali pada November 2022 nanti menjadi dorongan bagi tercipta perdamaian dunia.
"Di tengah perang yang melanda Rusia dan Ukraina serta ancaman resesi ekonomi yang diprediksi bakal terjadi di tahun depan haruslah disikapi secara bersama oleh semua pemimpin negara G20," jelasnya.
Kata dia, presiden Jokowi bisa mengambil positioning untuk mendamaikan dunia di Forum G20 dan hal yang wajar yang patut diapresiasi.
Baca juga: Presidensi G20 Indonesia ingin hasilkan 'concreate deliverable'
Baca juga: Menko Airlangga bahas KTT G20 bersama masyarakat Indonesia di New York
Sebagai pemimpin G20, Jokowi punya tanggung jawab besar untuk merekonsolidasi kekuatan G20 agar sama-sama bisa urung tangan menyelesaikan berbagai problematika yang dihadapi oleh banyak negara.
Dikatakan Direktur Executive Partner Politik Indonesia itu, salah satu keuntungan Indonesia dalam forum global ini adalah menganut prinsip politik luar negeri bebas aktif, dimana Indonesia tidak berpihak pada salah satu blok manapun, hingga momentum ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menunjukkan kekuatan Indonesia di mata dunia.
"G20 besok di Bali bisa menjadi sejarah baru bagi Indonesia, bisa menjadi rekonsiliator bagi terbangunnya perdamaian dunia sebagaimana harapan semua negara," ujarnya.
Lebih jauh Solissa, jika Presiden Jokowi berhasil mendamaikan negara-negara berkonflik seperti Rusia-Ukraina dan negara-negara barat, maka dirinya akan mencatatkan sejarah baru di dunia dan hal tersebut akan dikenang oleh seluruh dunia.
Keuntungan lainnya kata dia, adalah Jokowi akan dikenang sebagai bapak perdamaian dunia. Kelasnya akan sama dengan Soekarno dulu di masa-masa perang dingin yang melibatkan blok barat dan blok timur.
"Menurut saya ini legacy besar yang bisa ditinggalkan oleh Jokowi setelah dirinya tak lagi menjabat sebagai presiden," ujarnya menegaskan.
Baca juga: Gedung Putih: Presiden Biden akan kunjungi Indonesia 13-16 November
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan banyak pemimpin negara belakangan meminta tolong kepada Presiden Jokowi untuk mendukung pemulihan perdamaian dunia di tengah momentum pergelaran KTT G20 di Bali pada pertengahan November 2022.
"Presiden ini dihormati orang. G20 nanti akan terjadi banyak orang yang minta tolong kepada Presiden Jokowi untuk perdamaian dunia," ungkap Luhut.
Sebagian besar negara maju itu, kata Luhut, belakangan telah mengirimkan utusannya ke Indonesia untuk merancang beberapa keputusan penting untuk mencari jalan keluar atas perang yang masih berlanjut antara Rusia dan Ukraina hingga saat ini.
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2022