New York (ANTARA) - Harga minyak merosot sekitar satu persen pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah importir minyak mentah utama China memperluas pembatasan COVID-19, tetapi berhasil menuai keuntungan untuk minggu in di tengah kekhawatiran pasokan dan data ekonomi yang secara mengejutkan kuat.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember tergelincir 1,19 dolar AS atau 1,2 persen, menjadi menetap di 95,77 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember jatuh 1,18 dolar AS atau 1,3 persen, menjadi ditutup di 87,90 dolar AS per barel.
Untuk minggu ini, minyak mentah Brent naik sekitar 2,0 persen dan WTI naik sekitar 3,0 persen.
Bensin berjangka AS turun sekitar 3,0 persen, sementara solar berjangka AS naik sekitar 5,0 persen ke level tertinggi sejak pertengahan Juni.
Kota-kota di China meningkatkan pembatasan COVID-19 pada Kamis (27/10/2022), menutup gedung dan mengunci distrik setelah China mencatat 1.506 infeksi COVID baru pada 27 Oktober, kata Komisi Kesehatan Nasional, naik dari 1.264 kasus baru sehari sebelumnya.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan China melambat menjadi 3,2 persen tahun ini, turun 1,2 poin dari proyeksi April, setelah naik 8,1 persen pada 2021.
"Sulit untuk membuat alasan untuk rebound dalam pembelian minyak mentah China mengingat latar belakang ketidakpastian atas kebijakan nol-COVID," kata analis PVM Oil, Stephen Brennock.
PetroChina mengatakan permintaan China untuk bahan bakar olahan dan gas alam ditetapkan untuk tumbuh tahun-ke-tahun di kuartal keempat seiring dengan pemulihan ekonomi yang diharapkan karena Beijing meluncurkan lebih banyak kebijakan stimulus.
Kekuatan ekonomi di dua ekonomi utama membatasi kerugian minyak.
Data pada Kamis (27/10/2022) menunjukkan rebound kuat dalam produk domestik bruto (PDB) AS pada kuartal ketiga, menunjukkan ketahanan di ekonomi dan konsumen minyak terbesar di dunia itu.
Ekonomi Jerman juga tumbuh secara tak terduga pada kuartal ketiga, data menunjukkan pada Jumat (28/10/2022), ketika ekonomi terbesar Eropa itu membuat resesi tersudut meskipun inflasi tinggi dan kekhawatiran pasokan energi menjelang larangan Eropa terhadap impor minyak mentah Rusia.
"Pasar tetap waspada terhadap tenggat waktu yang akan datang untuk pembelian minyak mentah Rusia di Eropa sebelum sanksi dimulai pada 5 Desember," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.
Raksasa minyak dan gas global termasuk Exxon Mobil, Chevron dan Equinor membukukan laba kuartal ketiga yang besar, memicu kritik dari kelompok konsumen di Amerika Serikat dan Eropa. Presiden AS Joe Biden telah mengatakan kepada perusahaan-perusahaan minyak bahwa mereka tidak berbuat cukup untuk menurunkan biaya energi.
Rig minyak dan gas alam AS turun minggu ini, tetapi pada Oktober tidak ada kenaikan bulanan pertama sejak Juli, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes Co. [RIG/U]
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) kemungkinan akan mempertahankan pandangannya bahwa permintaan minyak dunia akan meningkat selama satu dekade lagi.
Baca juga: Harga minyak turun di Asia, dipicu perluasan pembatasan COVID di China
Baca juga: Minyak turun di Asia karena dolar menguat, tapi bersiap naik mingguan
Baca juga: Minyak naik didorong permintaan kuat dan meredanya kekhawatiran resesi
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022