kita perlu mengelilingi diri dengan orang-orang baikJakarta (ANTARA) - Ketua Ikatan Psikolog Klinis Wilayah DKI Jakarta Anna Surti Ariani menjelaskan ada beberapa strategi penyelesaian (coping) yang bisa dilakukan saat dihadapkan dengan masalah agar tidak menimbulkan stres yang berlarut-larut.
"Ketika sebuah peristiwa pembuat stres itu hadir, individu melakukan penilaian dan interpretasi terhadap peristiwa itu apakah membahayakan atau tidak, bisa jadi masalah besar atau tidak, lalu lakukan respon dan strategi coping," kata psikolog yang akrab disapa Nina itu dalam peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang digelar daring oleh Puskesmas Ciracas Jakarta Timur, diikuti dari Jakarta, Jumat.
Nina menjelaskan, coping terdiri dari tiga jenis yaitu proactive coping, approach or avoidance coping, dan problem-focused or emotion-focused coping.
Proactive coping, menurut dia, adalah saat seseorang melakukan antisipasi terhadap masalah tertentu yang mungkin terjadi. Sementara approach or avoidance coping adalah saat seseorang memilih untuk menghadapi atau menghindari sumber stres atau permasalahan.
Baca juga: Psikiater: Atasi stres dengan gaya hidup sehat
Baca juga: Stres dan mudah sakit, begini cara mengatasi
Namun, ia mengatakan bahwa baik menghadapi maupun menghindari masalah, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan.
"Contoh, kalau kita melakukan approach. Misalnya saya mengalami kesulitan dengan orang kantor saya, lalu saya mendekati dia untuk berdiskusi. Seperti itu bisa menyelesaikan masalah dan dalam jangka panjang akan memperbaiki kehidupan kita. Namun, kita mengalami kesulitan dalam mengatasi masalah tersebut," kata dia.
"Kalau avoidance, misalnya pada masalah yang sama, dalam jangka pendek kita lega karena tidak harus berhadapan dengan orang tersebut. Tapi dalam jangka panjang, enggak akan selesai-selesai masalahnya," ujarnya.
Dengan demikian, dia melanjutkan bahwa approach coping seringkali dinilai lebih memberikan bantuan dalam menyelesaikan masalah dibandingkan melakukan avoidance coping.
Baca juga: Psikolog ungkap cara kelola stres yang baik
Namun, ia mengatakan bahwa baik menghadapi maupun menghindari masalah, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan.
"Contoh, kalau kita melakukan approach. Misalnya saya mengalami kesulitan dengan orang kantor saya, lalu saya mendekati dia untuk berdiskusi. Seperti itu bisa menyelesaikan masalah dan dalam jangka panjang akan memperbaiki kehidupan kita. Namun, kita mengalami kesulitan dalam mengatasi masalah tersebut," kata dia.
"Kalau avoidance, misalnya pada masalah yang sama, dalam jangka pendek kita lega karena tidak harus berhadapan dengan orang tersebut. Tapi dalam jangka panjang, enggak akan selesai-selesai masalahnya," ujarnya.
Dengan demikian, dia melanjutkan bahwa approach coping seringkali dinilai lebih memberikan bantuan dalam menyelesaikan masalah dibandingkan melakukan avoidance coping.
Baca juga: Psikolog ungkap cara kelola stres yang baik
Baca juga: Datang ke psikolog tak harus tunggu masalah membesar
Sedangkan problem-focused or emotion-focused coping, kata Nina, adalah saat seseorang memilih untuk mengatasi masalah atau mengatasi ketidaknyamanan emosional.
"Problem-focused coping ini contohnya tadi, permasalahan yang kita hadapi itu dibicarakan. Sementara emotion-focused coping ini adalah kan saya enggak nyaman nih sama orang kantor, bagaimana caranya saya mengembalikan emosi saya," kata Nina.
"Kedua hal ini harus dilakukan secara bersamaan. Dalam penelitian-penelitian sebetulnya ini memberikan manfaat lebih untuk berelasi dengan orang-orang atau menyelesaikan masalah," lanjutnya.
Ia menambahkan, strategi-strategi coping tersebut dapat sangat efektif jika disertai hal lain seperti dukungan sosial dan kepribadian yang optimis, tangguh, serta menghargai diri sendiri.
"Untuk itu kita perlu mengelilingi diri dengan orang-orang baik. Jangan menarik diri, cari bantuan orang lain jika merasa perlu, dan saling membantu," ujar Nina.
Adapun langkah lain yang bisa dilakukan, kata Nina, di antaranya menuliskan apa yang sedang dirasakan, manajemen stres yang baik, latihan relaksasi, serta latihan membuat kalimat-kalimat baik yang ditujukan untuk diri sendiri.
Baca juga: Psikolog bilang "overthinking" bisa sebabkan stres hingga depresi
Sedangkan problem-focused or emotion-focused coping, kata Nina, adalah saat seseorang memilih untuk mengatasi masalah atau mengatasi ketidaknyamanan emosional.
"Problem-focused coping ini contohnya tadi, permasalahan yang kita hadapi itu dibicarakan. Sementara emotion-focused coping ini adalah kan saya enggak nyaman nih sama orang kantor, bagaimana caranya saya mengembalikan emosi saya," kata Nina.
"Kedua hal ini harus dilakukan secara bersamaan. Dalam penelitian-penelitian sebetulnya ini memberikan manfaat lebih untuk berelasi dengan orang-orang atau menyelesaikan masalah," lanjutnya.
Ia menambahkan, strategi-strategi coping tersebut dapat sangat efektif jika disertai hal lain seperti dukungan sosial dan kepribadian yang optimis, tangguh, serta menghargai diri sendiri.
"Untuk itu kita perlu mengelilingi diri dengan orang-orang baik. Jangan menarik diri, cari bantuan orang lain jika merasa perlu, dan saling membantu," ujar Nina.
Adapun langkah lain yang bisa dilakukan, kata Nina, di antaranya menuliskan apa yang sedang dirasakan, manajemen stres yang baik, latihan relaksasi, serta latihan membuat kalimat-kalimat baik yang ditujukan untuk diri sendiri.
Baca juga: Psikolog bilang "overthinking" bisa sebabkan stres hingga depresi
Baca juga: Psikolog: Merokok dapat meredakan stres tak sepenuhnya mitos
Baca juga: Psikiater: Variasi rutinitas bisa kurangi kelelahan mental
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022