Pasar minyak telah diuntungkan dari dolar yang lebih lemah dan harapan rebound ekonomi China yang kuat, tetapi sekarang fokusnya bergeser ke risiko resesi...
Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Jumat sore, setelah China, importir minyak mentah utama dunia, memperluas pembatasan COVID-19, tetapi siap untuk kenaikan mingguan di tengah kekhawatiran pasokan menjelang penghentian impor Rusia yang tertunda di Eropa.
Harga minyak mentah berjangka Brent merosot 1,02 dolar AS atau 1,1 persen, menjadi diperdagangkan di 95,94 dolar AS per barel pada pukul 06.35 GMT, setelah naik 1,3 persen di sesi sebelumnya. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS jatuh 1,24 dolar AS atau 1,4 persen, menjadi diperdagangkan di 87,84 dolar AS per barel.
Namun kedua kontrak acuan minyak berada di jalur untuk kenaikan mingguan, dengan Brent menuju kenaikan lebih dari 2,0 persen dan WTI lebih dari 3,0 persen.
Penurunan pada Jumat terjadi setelah kota-kota China pada Kamis (27/10/2022) menggandakan pembatasan COVID-19, menyegel bangunan, mengunci distrik, dan membuat jutaan orang dalam kesulitan dalam upaya untuk menghentikan wabah yang meluas.
China melaporkan 1.506 infeksi COVID-19 baru pada 27 Oktober, Komisi Kesehatan Nasional mengatakan pada Jumat, naik dari 1.264 kasus baru sehari sebelumnya.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan China melambat menjadi 3,2 persen tahun ini, turun 1,2 poin dari proyeksi April, setelah naik 8,1 persen pada 2021.
Baca juga: IEA: Dunia dalam "krisis energi global pertama yang sesungguhnya"
"Pasar minyak telah diuntungkan dari dolar yang lebih lemah dan harapan rebound ekonomi China yang kuat, tetapi sekarang fokusnya bergeser ke risiko resesi yang menyeret turun perkiraan prospek permintaan minyak mentah untuk sisa tahun ini," kata Analis Pasar Senior OANDA, Edward Moya.
Namun analis mengatakan rebound kuat dalam produk domestik bruto AS pada kuartal ketiga yang dilaporkan pada Kamis (27/10/2022) menyoroti ketahanan ekonomi dan konsumen minyak terbesar di dunia itu.
"Dari perspektif pasar minyak - meskipun suku bunga tinggi - itu adalah pendorong langsung ke prospek permintaan Anda," kata Kepala Penelitian Komoditas National Australia Bank, Baden Moore.
Dia mengatakan volatilitas di pasar kemungkinan akan naik, mengingat persediaan global rendah, sanksi Eropa terhadap minyak mentah Rusia akan mulai berlaku pada Desember, dan permintaan China meningkat.
Premi yang melebar untuk Brent atas WTI dipicu oleh tanda-tanda kenaikan operasi kilang di China, kelaparan Eropa akan minyak mentah menjelang embargo minyak Rusia, dan pemotongan pasokan yang tertunda oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya.
"Pasar tetap waspada terhadap tenggat waktu yang akan datang untuk pembelian minyak mentah Rusia di Eropa sebelum sanksi dimulai pada 5 Desember," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.
Baca juga: Harga minyak Asia naik, didorong pelemahan dolar
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022