Demam itu satu respon tubuh bisa karena kehilangan cairan, bisa juga respon tubuh karena ada bakteri masuk atau virus masuk

Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Anak Konsultan Pediatrik Intensive Care RSUD Pasar Rebo, Jakarta, dr.Tuty Rahayu, Sp.A mengingatkan para orang tua untuk mencari tahu terlebih dahulu penyebab bila anak terserang demam, sebelum memberikan obat.

“Jangan gunakan obat sebelum kita tahu sebabnya apa. Lebih baik mencari dahulu sebabnya apa, kalau anak itu demam. Demam itu satu respon tubuh bisa karena kehilangan cairan, bisa juga respon tubuh karena ada bakteri masuk atau virus masuk,” katanya alam acara Dokterku Elshinta TV yang disiarkan secara daring, Kamis.

Respon tubuh berupa demam akibat virus, lanjutnya, tubuh mampu menanganinya sendiri dengan rentang waktu antara 3-5 hari, tanpa bantuan obat dan tetap memperhatikan kadar hidrasi tubuh.

“Begitu juga dengan batuk. Misalnya tadi habis ke tempat umum habis pegang-pegang apa terus kemudian ada temannya atau tetangganya yang batuk, ya sudah seka muka hidung. Itu membuat virus yang nempel tidak akan terhirup sehingga dia tidak akan sakit,” ucapnya.

Tuty menyampaikan bahwa anak usia balita memang lebih rentan terserang penyakit seperti demam, batuk, flu hingga diare karena antibodi yang belum terbentuk secara sempurna. Masih lemahnya daya tahan anak balita tersebut lah yang menyebabkan mereka lebih mudah terserang penyakit.

Jika anak terserang demam, lanjutnya, lakukan pengobatan dengan tanpa obat terlebih dahulu. Orang tua bisa memberikan minum air putih yang cukup sampai anak buang air kecil yang cukup. Hal tersebut lantaran kandungan utama tubuh balita adalah air, sehingga jika balita kekurangan cairan, maka gejala demam yang pertama kali muncul.

“Apabila tidak turun, maka bisa dengan kompres. Yang paling efektif lebih cepat menurunkannya menyekat tubuh anak tersebut, anaknya dibuka, pakai air hangat, diseka dan dikeringkan sehingga pori-porinya terbuka jadi panas tubuh bisa keluar,” jelas dia.

Terjadinya peningkatan signifikan kasus gagal ginjal akut progresif atipikal pada saat ini, sebutnya, menjadi pelajar bagi para orang tua agar tidak sembarangan memberikan obat kepada anak. Orang tua harus mengetahui terlebih dahulu zat aktif, efek samping, kegunaan obat yang akan dikonsumsi hingga interaksi antar obat.

Ia mengingatkan bahwa tidak semua obat bisa dikonsumsi secara bersamaan karena ada beberapa obat yang jika digunakan pada saat yang bersamaan justru akan berbahaya.

“Jadi stop untuk koleksi obat di rumah. Carilah penyebabnya kemudian mungkin obat di rumah stok hanya paracetamol saja, itu pun digunakan kalau segala cara sudah dicoba namun tidak bisa baru kita pakai,” tutur dia,
Baca juga: Kemenkes minta orang tua kenali gejala gangguan ginjal akut
Baca juga: Ahli kesehatan: Cek rutin popok balita untuk waspada gagal ginjal
Baca juga: Indonesia dapat donasi 200 vial antidotum dari Jepang

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022