Ubud, Bali (ANTARA News) - Para menteri luar negeri dari 10 negara ASEAN Rabu sore memulai pertemuan informal mereka (ASEAN Ministerial Meeting-AMM Retreat) selama dua hari di Ubud, Bali untuk membahas berbagai agenda, termasuk masalah demokratisasi di Myanmar serta program penerapan rencana aksi Komunitas ASEAN 2020. Pertemuan diselenggarakan di hotel Maya Ubud, diikuti oleh Menlu Hassan Wirajuda, Menlu Malaysia Syed Hamid Albar, Menlu Thailand Kantathi Supamongkorn, Menlu Singapura George Yeo, Menlu Filipina Alberto Romulo, Menlu Brunei Darussalam Pangeran Mohamed Bolkiah, Menlu Myanmar U Nyan Win, Menlu Laos Songsavat Lengsavad, Menlu Kamboja Vor Namhong, dan Wakil Menlu Vietnam Nguyen Trung Tanh. Menurut berbagai sumber di kalangan diplomat Indonesia dan asing, AMM Retreat selain akan membahas Vientiene Action Program --program penerapan rencana aksi Komunitas Ekonomi, Komunitas Keamanan serta Komunitas Sosial-Budaya), juga antara lain akan menyentuh masalah Myanmar; keinginan Perancis membuka akses traktat non-agresi ASEAN (TAC); serta kemungkinan Rusia masuk sebagai anggota KTT Asia Timur. Para menteri ASEAN dalam pertemuan mereka di Ubud akan mendengarkan laporan kunjungan Menlu Malaysia Syed Hamid Albar ke Myanmar baru-baru ini sebagai wakil ASEAN. Laporan tersebut menurut rencana akan disampaikan Albar saat para Menlu bertemu dalam acara santap malam pada hari Rabu. Menurut Sekjen ASEAN, Ong Keng Yong, yang ditemui di Maya Ubud, Rabu, Menlu Albar menganggap kunjungan ke Myanmar `mengecewakan` karena utusan ASEAN itu tidak dapat bertemu dengan Aung San Suu Kyi, tokoh demokrasi Myanmar yang oleh junta militer Myanmar dikenai penahanan rumah. Syed Albar sendiri, yang sempat ditanyai wartawan saat baru tiba di Maya Ubud, mengatakan dirinya `tidak sepenuhnya gembira` karena dirinya ternyata tidak dapat bertemu dengan `semua pihak yang terkait`. Dalam kunjungannya ke Myanmar, Albar hanya bertemu dengan Perdana Menteri Myanmar Soe Win dan Menlu U Nyan Win. AMM Retreat disebut-sebut akan membahas proposal Perancis untuk menandatangani TAC (Treaty of Amity and Cooperation), yaitu traktat yang tidak membolehkan negara-negara menyerang negara lain di kawasan ataupun menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Perancis telah mengajukan keinginan tersebut sejak tahun lalu. Selain oleh 10 negara ASEAN, TAC sudah hingga kini sudah ditandatangani oleh Papua Nugini serta sejumlah negara mitra ASEAN, yaitu Cina, Jepang, Korea Selatan, India, Pakistan, Rusia, Australia dan Selandia Baru. Pertemuan informal para Menlu di Ubud, juga akan membahas soal keikutsertaan Rusia dalam KTT Asia Timur (East Asia Summit-EAS), yang baru pertama kali diadakan di Kuala Lumpur akhir tahun lalu. Tentang kemungkinan Rusia masuk ke EAS itu, Indonesia bersama sejumlah negara ASEAN lainnya masih mempertanyakan apakah Rusia sudah bisa dikategorikan memiliki hubungan substansif dengan ASEAN atau tidak. Untuk menjadi peserta EAS, ASEAN mewajibkan bahwa negara-negara yang akan bergabung harus memenuhi tiga persyaratan, yaitu sudah menandatangani TAC, telah menjadi mitra dialog ASEAN, serta memiliki hubungan yang substantif dengan ASEAN. Saat ini, anggota EAS terdiri dari 10 negara ASEAN, Cina, Jepang, Korsel, Australia dan Selandia Baru. Para menteri luar negeri ASEAN dijadwalkan meneruskan pertemuan mereka pada Kamis (20/4) dan pada Kamis siang akan dijamu oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Tampak Siring, Ubud.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006